
Audiensi RBB Tanjungpinang di Balai Kota mempertemukan Wali Kota Lis Darmansyah dengan perwakilan komunitas untuk menegaskan arah pembangunan yang inklusif. Pertemuan membahas cara menjaga harmoni sosial di tengah keragaman budaya, sekaligus membuka kanal komunikasi tetap antara pemerintah dan organisasi masyarakat. Pemko menekankan pentingnya ruang dialog yang rapi, data kebutuhan lapangan, serta tindak lanjut terukur agar program sosial, pendidikan, dan ekonomi kreatif dapat menyentuh keluarga rentan secara nyata. Prinsipnya: partisipasi warga menjadi fondasi pelayanan publik yang adil.
Di forum yang sama, pemerintah daerah mengajak organisasi kultural menjadi mitra edukasi toleransi lintas komunitas, termasuk kampanye anti-hoaks dan literasi digital. Lewat Audiensi RBB Tanjungpinang, pemko juga menginventarisasi usulan fasilitas budaya, penguatan kelompok UMKM, dan dukungan kegiatan lintas iman. Target jangka pendek mencakup kalender kegiatan bersama dan rute kolaborasi yang bisa diawasi publik, sehingga kehadiran komunitas memberi dampak langsung pada kualitas hidup warga.
Sinergi Program Sosial dan Budaya
Pemko merancang sinergi kegiatan berbasis komunitas: kelas bahasa daerah, panggung seni, hingga bimbingan generasi muda agar nilai gotong royong mengakar di lingkungan. Organisasi diundang menyusun proposal yang menyertakan peta manfaat, indikator capaian, dan sumber pendanaan campuran (APBD, CSR, filantropi). Skema monitoring disiapkan melalui dasbor sederhana yang memuat progres, sehingga publik mengetahui penggunaan anggaran dan dampak program. Model ini menghindari tumpang tindih sekaligus mendorong transparansi yang bisa diaudit.
Kegiatan lintas budaya juga diarahkan menjadi magnet wisata kota, tanpa menghilangkan esensi penghormatan antarwarga. Kurasi acara menonjolkan keterlibatan kreator lokal, pelatihan event management, dan kampanye kebersihan area publik. Kolaborasi akan diprioritaskan pada kelompok perempuan dan pemuda sebagai agen perubahan. Dalam kerangka ini, Audiensi RBB Tanjungpinang diposisikan sebagai pintu koordinasi agar setiap festival, lokakarya, dan bakti sosial memiliki dampak berkelanjutan—bukan sekadar seremoni—serta menumbuhkan kebanggaan identitas kota.
Baca juga : HUT Otonom Tanjungpinang 24 Tahun Disambut Meriah
Pemko memetakan kebutuhan layanan dasar: administrasi kependudukan, kesehatan preventif, dan akses beasiswa. Kanal aduan dipersingkat melalui nomor tunggal dan kios layanan keliling di kawasan padat. Perguruan tinggi serta komunitas diminta membantu literasi karier bagi pelajar, terutama keterampilan digital dan kewirausahaan. Program inkubasi UMKM difokuskan pada pemasaran daring, desain kemasan, serta akses pembiayaan mikro yang aman. Pemerintah menilai pendekatan ini memperkuat daya tahan ekonomi keluarga dan membuka lapangan kerja baru.
Untuk memastikan pemerataan, pemko menugaskan perangkat wilayah memonitor indikator ketimpangan lingkungan: sanitasi, ruang terbuka, dan akses transportasi. Rapat koordinasi triwulan akan mengevaluasi kemajuan serta mengatasi hambatan birokrasi. Partisipasi komunitas menjadi alat validasi kebijakan—mulai dari uji coba jalur event, pelatihan relawan kebencanaan, hingga program beasiswa budaya. Pada akhirnya, Audiensi RBB Tanjungpinang diharapkan menjadi pola kolaborasi jangka panjang; forum ini menjaga dialog, mempercepat layanan, dan meneguhkan citra Tanjungpinang sebagai kota ramah, rukun, dan berdaya saing.