Oskar Sihombing
UMKM Tanjungpinang berkembang menjadi sorotan pada malam puncak Abu Dafi Fest 2025 di Street Food Bintan Center, Tanjungpinang. Wali Kota Lis Darmansyah hadir dan mengapresiasi pelaku usaha yang memenuhi area bazar, sembari menegaskan komitmen pemkot memperluas ruang promosi, kurasi produk, dan temu bisnis. Agenda “Ngopi Bareng 1001 Penikmat Kopi (Gratis)” menarik massa dan menambah eksposur merek lokal, sementara panggung musik serta demo produk menjaga arus pengunjung sepanjang acara.
Menurut panitia, gelaran ini juga menjadi wadah literasi kekayaan intelektual; sejumlah pelaku menerima sertifikat hak cipta serta merek kolektif dari mitra pemerintah. Langkah ini diharapkan membuat UMKM Tanjungpinang berkembang dengan perlindungan hukum yang lebih kuat dan peluang jejaring yang luas. Di sisi layanan publik, penyelenggara menekankan standar kebersihan stan, metode pembayaran digital, dan pencatatan transaksi untuk memudahkan pelaku menghitung biaya serta margin.
Sorotan Wali Kota dan Dampak Ekonomi
Dalam sambutannya, Wali Kota menegaskan pentingnya konsistensi agenda ekonomi rakyat: festival tematik, bazar bulanan, dan temu bisnis lintas sektor. Ia menilai kunjungan yang ramai menunjukkan daya beli warga masih solid, sehingga promosi kolaboratif perlu diperbanyak agar UMKM Tanjungpinang berkembang selaras dengan agenda pariwisata kota. Dukungan dari komunitas kopi, musik, dan fotografi ikut memperkaya konten acara, menciptakan flywheel eksposur di media sosial.
Dari sisi pelaku usaha, efek langsung terlihat pada penjualan harian dan lead pemesanan setelah acara. Kurasi stan yang rapi membantu pengunjung menemukan produk unggulan—kopi, kudapan, kriya, dan fesyen lokal—serta mendorong kolaborasi antarbrand. Panitia menyiapkan feedback form untuk memetakan kebutuhan pelatihan (kemasan, branding, pencatatan keuangan). Dengan data yang lebih rapi, pemerintah daerah dapat menyusun intervensi tepat sasaran, dari subsidi stan hingga fasilitasi perizinan cepat.
Penyerahan sertifikat hak cipta dan merek kolektif diposisikan sebagai pondasi daya saing. Perlindungan ini memudahkan kerja sama distribusi, membuka akses pembiayaan, dan menekan praktik penjiplakan. Di level operasional, panitia mendorong pelaku menerapkan point of sales sederhana, foto produk standar, dan catalog digital agar transaksi mudah dilacak. Edukasi singkat tentang label gizi dan informasi halal juga disisipkan untuk meningkatkan kepercayaan pembeli.
Rencana berikutnya mencakup bazar tematik triwulanan, business matching dengan ritel modern, serta promosi kawasan kuliner unggulan. Pemerintah menargetkan paket kunjungan akhir pekan yang menggabungkan wisata kota, pertunjukan budaya, dan pameran produk, sehingga arus pengunjung berkelanjutan sepanjang tahun. Di sisi komunikasi, kampanye cerita merek lokal diperbanyak agar UMKM Tanjungpinang berkembang tidak hanya di panggung festival, tetapi juga di kanal daring yang menjangkau konsumen luar daerah. Dengan ekosistem yang tertata, momentum festival berubah menjadi pertumbuhan nyata bagi pelaku usaha.
