
Di tengah derasnya arus digital, Taman Bacaan Doraemon di Tanjungpinang tetap bertahan sebagai pusat literasi rakyat. Berdiri sejak akhir 1970-an dan dikelola almarhum Haleruddin, tempat ini kini diteruskan oleh generasi kedua, Emi dan Iyang. Semangat menjaga tradisi membaca menjadi alasan utama keluarga ini tak pernah menyerah.
Berlokasi di Jalan Tugu Pahlawan, ribuan buku tersusun rapi di rak kayu sederhana. Anak-anak, remaja, hingga orang tua bisa menemukan bacaan yang mengingatkan pada masa lalu: komik, novel, hingga buku pelajaran. Keberadaan Taman Bacaan Doraemon bukan sekadar tempat meminjam buku, melainkan warisan kultural yang menjaga denyut literasi di tengah gempuran era digital.
Dedikasi pengelola menghadirkan pesan kuat bahwa menjaga minat baca adalah perjuangan panjang. Tanpa dukungan besar, Taman Bacaan Doraemon masih bisa bertahan berkat cinta dan kepedulian komunitas lokal.
Koleksi buku lawas jadi daya tarik utama
Kekuatan utama Taman Bacaan Doraemon ada pada koleksi buku lawas yang langka ditemukan di toko modern. Dari komik klasik era 1980-an hingga novel populer era 1990-an, semua tersimpan dalam kondisi terawat. Emi dan Iyang dengan sabar membersihkan dan menata koleksi agar tetap layak baca bagi generasi baru.
Koleksi yang beragam membuat anak-anak betah berlama-lama. Orang tua pun ikut bernostalgia, menemukan kembali bacaan masa kecil mereka. Ini menjadikan taman bacaan sebagai ruang lintas generasi, di mana cerita lama dan semangat baru bertemu.
Selain itu, pengunjung juga sering datang untuk mencari referensi yang sulit ditemukan di perpustakaan umum. Hal ini membuktikan bahwa meski sederhana, Taman Bacaan Doraemon mampu menjawab kebutuhan literasi masyarakat yang haus pengetahuan.
Meski masih bertahan, Taman Bacaan Doraemon menghadapi tantangan besar. Anak-anak kini lebih akrab dengan gawai dibandingkan buku cetak. Namun, semangat komunitas lokal membuat tempat ini tetap ramai, terutama saat ada kunjungan sekolah atau kegiatan literasi bersama.
Baca juga : Raja Ariza Ajak Lestarikan Budaya Lewat Literasi Melayu
Harapan ke depan, pengelola ingin mendapat dukungan sponsor untuk digitalisasi koleksi. Dengan langkah ini, buku-buku berharga yang ada tidak hanya bertahan secara fisik, tetapi juga bisa diakses secara online oleh generasi mendatang.
Emi percaya, jika semangat membaca terus dijaga, Taman Bacaan Doraemon akan tetap hidup sebagai simbol literasi dan warisan budaya Tanjungpinang. Tempat ini membuktikan bahwa kecintaan terhadap buku tak pernah lekang dimakan zaman.