
Pemko menegaskan komitmen menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok usai arahan Mendagri soal sinergi pusat–daerah. Dalam kerangka pengendalian inflasi Tanjungpinang, pemerintah kota memadukan operasi pasar murah, koordinasi stok dengan Bulog, dan pemantauan harga harian. Kebijakan ini menyasar komoditas beras, gula, minyak goreng, cabai, dan telur yang paling memengaruhi belanja rumah tangga.
Pendekatan tersebut dipadu strategi komunikasi publik: pengumuman jadwal, lokasi, dan harga acuan disebarkan melalui kanal resmi agar warga mudah mengakses. Di sisi hulu, TPID dan BI memperkuat data ketersediaan pasokan serta mempercepat respons saat cuaca mengganggu distribusi. Dengan tata kelola itu, pemerintah berharap gejolak musiman dapat diredam tanpa mengganggu aktivitas pedagang kecil, sekaligus menjaga kepercayaan pasar menjelang periode rawan harga.
Mekanisme Pasar Murah dan Sinergi Lintas Lembaga
Pasar murah dirancang sebagai intervensi terukur yang menyalurkan beras SPHP, gula, dan minyak goreng kemasan pada harga di bawah pasar. Kuota harian disesuaikan kondisi stok dan hasil pemantauan lapangan. Dalam praktik, Pemko bekerja sama dengan Bulog, distributor, dan pelaku logistik untuk memastikan barang tiba tepat waktu dan kualitas terjaga. Model ini efektif menekan anomali harga di tingkat konsumen, terutama ketika permintaan melonjak. Pada titik ini, pengendalian inflasi Tanjungpinang mengandalkan tiga pilar: keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi.
Selain menahan harga, pasar murah berperan mengarahkan ekspektasi. Publik yang mengetahui jadwal dan stok cenderung menunda belanja spekulatif, sehingga pedagang dapat menata suplai lebih rasional. Di sisi pengawasan, tim gabungan memetakan kecamatan rawan agar distribusi tidak timpang. Pemerintah juga menyiapkan kanal pengaduan untuk laporan lonjakan harga mendadak. Seluruh tahapan diiringi publikasi data ringkas—harga referensi, jumlah komoditas, hingga total penerima—sebagai bentuk akuntabilitas. Pendekatan berbasis data ini menjaga ritme operasi pasar agar tepat sasaran serta konsisten menekan tekanan inflasi pangan di tingkat kota.
Baca juga : Maulid Nabi Tanjungpinang: Rapat Teknis Pemko
Indikator awal menunjukkan perbaikan pada kelompok pangan strategis, meski kewaspadaan tetap dijaga saat curah hujan tinggi atau arus masuk barang tersendat. Evaluasi rutin dilakukan melalui rapat TPID—membandingkan harga harian, stok gudang, dan margin pedagang untuk mencegah kelangkaan semu. Pemerintah juga mendorong substitusi komoditas saat pasokan terbatas, misalnya beralih ke varietas beras berbeda atau sumber sayur alternatif lokal. Dengan cara ini, pengendalian inflasi Tanjungpinang tidak hanya reaktif, tetapi adaptif terhadap dinamika lapangan.
Ke depan, Pemko menargetkan perluasan titik layanan, integrasi pembayaran nontunai, dan kemitraan dengan UMKM pengolahan pangan agar efek ekonomi lebih merata. Penguatan logistik—termasuk armada berpendingin untuk komoditas rentan—akan mengurangi kehilangan pascapanen. Di saat bersamaan, literasi belanja bijak digencarkan melalui sekolah dan komunitas agar rumah tangga makin tangguh menghadapi fluktuasi. Dengan rangkaian kebijakan yang konsisten, transparan, dan kolaboratif, pengendalian inflasi Tanjungpinang diharapkan terus menjaga daya beli warga, menenangkan pasar, dan memperkuat fondasi stabilitas ekonomi daerah.