Ketahanan Pangan Maritim Madong Ditetapkan Pemkot

Penetapan ketahanan pangan maritim Madong di Tanjungpinang menandai langkah baru penguatan ekonomi pesisir berbasis hasil perikanan. Program ini menggabungkan pemberdayaan nelayan, UMKM olahan laut, dan edukasi gizi keluarga untuk meningkatkan nilai tambah, sekaligus memperluas akses pasar. Pemerintah daerah menargetkan lahirnya rantai pasok yang lebih rapi—dari bahan baku, pengolahan higienis, hingga distribusi.

Di tahap awal, pemkot melakukan pendataan pelaku usaha, pemetaan kebutuhan alat produksi, serta pendampingan izin usaha dan label pangan. Selain itu, komunitas dilibatkan melalui pelatihan pengemasan, pemasaran digital, hingga pengelolaan limbah agar produksi ramah lingkungan. Harapannya, model kampung ini menjadi contoh replikasi bagi kawasan pesisir lain di Kepri.

Fokus Program & Skema Pembinaan

Program menitikberatkan pada peningkatan kapasitas produksi olahan ikan: abon, kerupuk, bakso, hingga frozen food berbasis komoditas lokal. Pemerintah menyiapkan kurikulum pelatihan bersama akademisi dan praktisi industri—meliputi Good Manufacturing Practices (GMP), penanganan dingin, dan kontrol mutu. Pelaku usaha dibantu mengakses pembiayaan mikro, alat sederhana seperti vacuum sealer dan freezer, serta kemasan berstandar ritel modern.

Untuk memperkuat tata kelola, dibangun sistem pencatatan produksi dan kanal pengaduan kualitas. Puskesmas dan dinas terkait memberi edukasi keamanan pangan rumah tangga, sementara dinas perikanan memfasilitasi jejaring pemasok dari budidaya maupun tangkap. Pada saat bersamaan, tim promosi daerah menyiapkan gerai bersama dan lokakarya branding agar produk mudah dikenali. Dengan langkah bertahap ini, pengelolaan kampung percontohan diharapkan menjadi motor ekonomi pesisir yang berdaya saing tanpa meninggalkan nilai-nilai komunitas.

Baca juga : Wawako Ariza Tanggapi Jawaban Fraksi RPJMD Tanjungpinang

Dampak jangka pendek yang dituju adalah naiknya pendapatan nelayan dan UMKM melalui stabilitas pasokan serta harga yang lebih baik. Pemerintah mendorong kontrak pembelian berkala dari pelaku ritel dan platform daring, dilengkapi standar layanan logistik dingin untuk menjaga kesegaran produk. Di sisi pemasaran, pelatihan foto produk, penulisan label, dan strategi promosi musiman digencarkan agar merek lokal cepat dikenal.

Jangka menengah, daerah menyiapkan indikator kinerja: pertumbuhan usaha tersertifikasi, peningkatan serapan tenaga kerja, dan kontribusi terhadap ketahanan gizi keluarga. Skema monitoring dilakukan lewat laporan bulanan dan uji sampel acak. Kolaborasi lintas OPD, perguruan tinggi, dan komunitas akan memperkaya inovasi, mulai dari diversifikasi menu hingga pengelolaan bank sampah. Bila target tercapai, ketahanan pangan maritim Madong diharapkan menjadi etalase keberhasilan hilirisasi pesisir: meningkatkan daya saing produk laut, memperkuat kemandirian ekonomi warga, dan membuka peluang ekspansi pasar ke tingkat regional.

Related Posts

Wahyu Dorong Bebas Pajak UMKM Produk Makanan

Sekretaris Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin, mendorong kebijakan bebas pajak UMKM terhadap produk olahan makanan yang dikirim keluar daerah. Usulan ini, menurutnya, penting untuk mengurangi beban biaya pelaku usaha…

Tender Gurindam 12: Skema KSP 30 Tahun

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau membuka proses kerja sama pemanfaatan kawasan tepi laut Taman Gurindam 12 di Tanjungpinang. Melalui skema aset daerah, pemerintah mencari mitra swasta untuk mengelola area parkir dan…

You Missed

Wahyu Dorong Bebas Pajak UMKM Produk Makanan

Wahyu Dorong Bebas Pajak UMKM Produk Makanan

Tender Gurindam 12: Skema KSP 30 Tahun

Tender Gurindam 12: Skema KSP 30 Tahun

Ketahanan Pangan Maritim Madong Ditetapkan Pemkot

Ketahanan Pangan Maritim Madong Ditetapkan Pemkot

Gubernur Tinjau Program MBG Karimun di Sekolah

Gubernur Tinjau Program MBG Karimun di Sekolah

Standar Jembatan Pelantar II untuk Rekonstruksi

Standar Jembatan Pelantar II untuk Rekonstruksi

Kuliner Tradisional Melayu Riau yang Hampir Punah: Kapan Lagi Bisa Menikmatinya?

Kuliner Tradisional Melayu Riau yang Hampir Punah: Kapan Lagi Bisa Menikmatinya?