
Biskuit Gizi Tanjungpinang diluncurkan sebagai bagian dari gerakan kolaboratif pencegahan stunting di kota bertuah. Program ini merangkul pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan komunitas kesehatan untuk memastikan intervensi gizi spesifik diterapkan secara terukur. Formulasi biskuit difokuskan pada protein dan kalsium yang mudah diterima anak, sekaligus praktis untuk pendamping makan harian di rumah dan posyandu.
Di tahap awal, uji coba dilakukan pada kelompok sasaran dengan pemantauan indikator berat badan per umur, tinggi badan per umur, serta kepatuhan konsumsi. Tim lapangan menyiapkan panduan porsi, jadwal distribusi, dan pencatatan sederhana agar keluarga mudah mengikuti. Biskuit Gizi Tanjungpinang juga diposisikan sebagai media edukasi perilaku, seperti kebiasaan cuci tangan dan kombinasi menu seimbang, sehingga manfaatnya tidak berhenti pada tambahan kalori semata.
Kolaborasi Akademik dan Pemerintah Daerah
Perguruan tinggi lokal berperan pada riset formulasi, standardisasi proses, dan uji stabilitas produk. Pemerintah daerah mengoordinasikan pembiayaan, perizinan, dan integrasi program dengan layanan primer seperti puskesmas, posyandu, serta sekolah. Mitra komunitas membantu sosialisasi agar keluarga memahami cara penyimpanan, batas konsumsi harian, dan tanda alergi yang perlu diwaspadai.
Untuk memastikan kualitas, tiap batch direkap dalam sistem pelacakan sederhana sehingga cepat ditarik bila ada keluhan. Umpan balik rasa dari ibu dan anak dikumpulkan untuk penyempurnaan varian tanpa mengorbankan kandungan gizi. Biskuit Gizi Tanjungpinang dipantau melalui dashboard ringkas: cakupan distribusi, kepatuhan konsumsi, dan progres indikator pertumbuhan. Dengan tata kelola ini, intervensi diharapkan tepat sasaran serta akuntabel di mata publik.
Baca juga : Pencegahan Stunting Tanjungpinang Dibantu 768 Paket
Distribusi mengutamakan titik layanan dekat rumah, seperti posyandu dan sekolah, agar biaya akses keluarga rendah. Petugas menyediakan sesi demo penyajian dan memberi contoh kombinasi biskuit dengan lauk dan sayur agar asupan protein, kalsium, dan serat tetap seimbang. Orang tua menerima kartu pemantauan mingguan untuk mencatat konsumsi dan respons anak, kemudian dibahas pada kunjungan berikutnya.
Materi edukasi singkat dibagikan tentang jendela emas 1.000 hari pertama kehidupan dan pentingnya kehadiran pada sesi timbang rutin. Program juga menyiapkan jalur aduan cepat sehingga koreksi bisa dilakukan bila muncul kendala distribusi. Biskuit Gizi Tanjungpinang ditargetkan menjadi praktik baik yang dapat direplikasi di kelurahan lain, sembari menjaga prinsip keamanan pangan dan keberlanjutan pendanaan agar manfaatnya menetap.