
Kasus DBD Tanjungpinang melonjak hingga mencatat 40 kasus baru sepanjang Juni 2024. Kenaikan ini menjadi perhatian serius Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang. Meski tidak ada laporan kematian, lonjakan kasus ini menunjukkan bahwa demam berdarah masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat yang nyata.
Apa penyebab lonjakan kasus DBD di Tanjungpinang? Apa saja langkah yang dilakukan pemerintah? Bagaimana masyarakat bisa terlibat mencegah penyebaran DBD? Mari kita bahas tuntas.
Mengapa Kasus DBD Tanjungpinang Naik?
Dinkes Tanjungpinang menyebut ada beberapa faktor yang memicu naiknya kasus DBD Tanjungpinang pada Juni 2024. Penyebab utamanya antara lain:
1. Curah Hujan Tinggi
Memasuki musim penghujan, genangan air banyak ditemukan di lingkungan warga. Kondisi ini menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. Bahkan wadah kecil seperti tutup botol bisa menjadi sarang jentik nyamuk jika tidak dibersihkan secara rutin.
2. Angka Bebas Jentik (ABJ) Rendah
Hasil survei Dinkes Tanjungpinang menunjukkan angka bebas jentik (ABJ) masih jauh dari target ideal. Nilai ABJ di beberapa kelurahan hanya sekitar 50–60%, padahal standar minimal nasional adalah 95%.
3. Kesadaran Masyarakat Masih Rendah
Meski DBD bukan penyakit baru, sebagian masyarakat masih belum disiplin menerapkan langkah 3M (Menguras, Menutup, Mengubur). Banyak warga masih mengabaikan potensi genangan air di lingkungan sekitar.
Penyebaran Kasus DBD Tanjungpinang
Dari total 40 kasus, beberapa kelurahan mencatat jumlah tertinggi, yaitu:
- Kampung Bugis
- Tanjungpinang Barat
- Batu 9
- Tanjung Unggat
Wilayah ini masuk dalam zona prioritas penanganan oleh Dinkes karena sering menjadi klaster penularan DBD. Data ini diambil hingga minggu keempat Juni 2024.
Langkah Dinas Kesehatan Tanjungpinang
Dinkes Tanjungpinang tidak tinggal diam melihat angka kasus DBD Tanjungpinang terus meningkat. Berikut langkah konkret yang telah dilakukan:
Fogging (Pengasapan)
Fogging dilakukan secara bertahap di wilayah yang menjadi titik kasus terbanyak. Namun, Dinkes menegaskan fogging hanyalah solusi sementara karena hanya membunuh nyamuk dewasa, bukan jentik.
Abatisasi
Dinkes menaburkan serbuk abate (larvasida) ke bak mandi, kolam, dan genangan air agar jentik nyamuk mati sebelum berkembang menjadi nyamuk dewasa.
Penyuluhan 3M Plus
Edukasi langsung ke masyarakat rutin dilakukan melalui Puskesmas. Petugas kesehatan mengajak warga:
- Menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali
- Menutup rapat semua wadah air
- Mengubur barang bekas yang dapat menampung air hujan
- Menggunakan kelambu saat tidur
- Mengoleskan lotion antinyamuk
Pemeriksaan Epidemiologi
Dinkes juga melakukan survei lapangan untuk melacak sumber penularan, termasuk memeriksa kondisi rumah warga di sekitar pasien DBD.
Gejala DBD yang Harus Diwaspadai
Dinas Kesehatan mengingatkan masyarakat agar segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala seperti:
- Demam tinggi mendadak (38–40°C)
- Nyeri otot, tulang, dan sendi
- Mual atau muntah
- Bintik merah di kulit
- Perdarahan gusi atau mimisan
Deteksi dini sangat penting karena penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa.
Pentingnya Peran Masyarakat
Kasus DBD Tanjungpinang tidak bisa ditekan hanya oleh pemerintah. Masyarakat memiliki peran besar mencegah penyebaran nyamuk penyebab DBD.
Beberapa langkah sederhana namun efektif:
✅ Rutin menguras bak mandi dan tempat penampungan air lainnya
✅ Menutup rapat semua wadah air agar nyamuk tidak bertelur
✅ Memanfaatkan kelambu, lotion antinyamuk, dan pakaian panjang
✅ Membakar atau mengubur sampah plastik dan kaleng bekas
✅ Memastikan talang air bersih dan tidak tersumbat
Kasus DBD Tanjungpinang Harus Jadi Alarm Bersama
Lonjakan kasus DBD Tanjungpinang hingga 40 kasus pada Juni 2024 harus menjadi peringatan bagi semua pihak. Apalagi, DBD dapat berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
Pemkot Tanjungpinang dan Dinkes telah melakukan berbagai intervensi, mulai dari fogging hingga edukasi. Namun, langkah ini akan sia-sia bila masyarakat tidak terlibat aktif.
Semakin tinggi kesadaran warga, semakin besar peluang memutus rantai penyebaran nyamuk Aedes aegypti. Mari bersama mencegah DBD, demi Tanjungpinang yang lebih sehat!