
Ziarah Pulau Penyengat digelar Lanudal Tanjungpinang sebagai rangkaian penghormatan sejarah sekaligus penguatan karakter prajurit. Rombongan dipimpin perwira satuan bersama jajaran staf dan Jalasenastri, menyambangi makam tokoh nasional dan budayawan Melayu. Di lokasi, doa dan tabur bunga dilaksanakan tertib dengan pengawalan petugas, disertai penjelasan singkat mengenai jejak perjuangan dan literasi Melayu di Kepulauan Riau.
Kegiatan berlangsung pada pagi hari dengan rute terencana dari dermaga menuju komplek makam. Pemerintah daerah menyambut baik inisiatif yang dinilai memperkuat edukasi publik tentang akar kebangsaan. Panitia menekankan keselamatan dan etika ziarah, termasuk pembatasan area sensitif serta imbauan menjaga kebersihan. Di sisi komunikasi, dokumentasi resmi dibagikan untuk mendorong wisata sejarah yang bertanggung jawab. Agenda ini diharapkan menjadi contoh kolaborasi militer–sipil dalam merawat memori kolektif kota, sembari menegaskan relevansi tokoh-tokoh Penyengat bagi generasi muda.
Kronologi Kunjungan dan Tokoh yang Diziarahi
Rombongan bergerak dari pelabuhan menuju kompleks makam pahlawan nasional di bukit, dilanjutkan ke pusara ulama dan budayawan setempat. Prosesi diawali apel singkat, pembacaan doa, lalu penaburan bunga oleh perwakilan satuan dan organisasi istri prajurit. Pemandu lokal memaparkan histori singkat perlawanan maritim di wilayah Selat serta kontribusi tokoh literasi yang menegakkan tata bahasa dan nilai moral Melayu. Kehadiran aparat setempat memastikan arus pengunjung tertib sepanjang jalur sempit di kawasan warisan.
Pada sesi refleksi, pimpinan satuan menekankan pentingnya keteladanan, disiplin, dan integritas—nilai yang relevan bagi prajurit dan masyarakat sipil. Ziarah juga dihubungkan dengan pembinaan tradisi, agar prajurit memahami konteks sosial-budaya area penugasan. Kehadiran pelajar dan komunitas sejarah menambah nuansa edukatif; mereka diajak menyimak penjelasan nisan bertulisan Jawi, serta arsip singkat karya-karya sastra Melayu. Dokumentasi resmi menyorot simbol-simbol di masjid bersejarah dan tata ruang kampung tua. Dalam narasi publik, Ziarah Pulau Penyengat dipromosikan sebagai pintu belajar lintas generasi, memadukan wisata budaya dengan pelajaran kebangsaan yang membumi.
Baca juga : Destinasi Tanjungpinang Terbaru, 12 Lokasi Hits 2025
Ziarah dimaknai sebagai pengikat memori: kota pesisir tumbuh dari jaringan ulama, sastrawan, dan pejuang maritim. Karena itu, satuan mengajak komunitas menjaga situs—dari kebersihan hingga kerapian papan informasi—agar pengalaman pengunjung tetap nyaman. Pemerintah daerah menilai kegiatan ini sejalan dengan pengembangan destinasi sejarah dan literasi Melayu, yang membuka peluang riset, kurasi pameran, serta paket tur edukatif bagi sekolah. Keterlibatan UMKM lokal—pemandu, perajin, hingga kuliner tradisional—didorong agar manfaat ekonomi merata.
Ke depan, kolaborasi akan difokuskan pada kurikulum kunjungan berkala, pelatihan pemandu muda, dan digitalisasi arsip untuk memperluas akses pengetahuan. Pengelola situs disarankan melengkapi jalur ramah lansia, titik air bersih, serta penanda evakuasi. Media sosial dimanfaatkan untuk kampanye etika berkunjung dan jadwal kegiatan budaya. Dalam setiap publikasi, Ziarah Pulau Penyengat ditekankan sebagai praktik merawat jati diri—bukan sekadar seremoni. Dengan tata kelola yang tertib dan partisipasi warga, situs-situs bersejarah akan tetap hidup, sekaligus menginspirasi generasi baru memaknai warisan Melayu sebagai modal sosial kota kepulauan yang majemuk.