
Masyarakat di Kabupaten Kepulauan Anambas mendesak pemerintah untuk mengaktifkan kembali rute kapal perintis yang sebelumnya melayani trayek dari Tanjungpinang atau Kijang menuju Anambas. Sejak vakumnya rute ini lebih dari dua tahun terakhir, warga mengaku mengalami banyak kesulitan, terutama dalam hal mobilitas dan distribusi logistik barang kebutuhan pokok.
Sebelumnya, jalur ini dilayani oleh KM Sabuk Nusantara 83 yang mampu menjangkau daerah-daerah terpencil di Anambas dan sekitarnya. Namun sejak kapal tersebut tidak lagi beroperasi untuk trayek tersebut, masyarakat harus bergantung pada kapal dari Pontianak yang rutenya lebih panjang dan tidak efisien. Akibatnya, akses warga terhadap barang dan jasa menjadi terbatas, serta harga sembako dan kebutuhan lainnya melonjak tajam karena biaya distribusi yang meningkat drastis.
Warga mengaku bahwa situasi ini sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari, terlebih bagi mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil dan tidak memiliki alternatif jalur transportasi yang terjangkau. Salah satu warga, Pinni, mengatakan bahwa sejak rute Tanjungpinang–Anambas tidak lagi aktif, masyarakat harus menanggung biaya pengiriman barang yang lebih mahal. Hal ini juga berdampak pada naiknya harga bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, hingga air mineral kemasan.
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Anambas melalui Dinas Perhubungan telah berupaya mengajukan permintaan kepada Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar trayek kapal perintis ini kembali dioperasikan. Menurut Sekretaris Dinas Perhubungan Anambas, Nurullah, pihaknya sudah berkali-kali menyampaikan aspirasi tersebut dalam forum resmi bersama kementerian, namun belum mendapatkan respons yang diharapkan.
Kapal Perintis Dinilai Vital Bagi Warga Pulau Terluar
Nurullah menyebutkan bahwa keberadaan kapal perintis bukan sekadar pelengkap transportasi laut, melainkan kebutuhan utama bagi masyarakat di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar) seperti Anambas. Kapal perintis seperti KM Sabuk Nusantara memiliki kapasitas angkut yang besar, mampu mengangkut logistik, kendaraan, serta penumpang dengan tarif yang jauh lebih terjangkau dibandingkan kapal cepat komersial.
Selama rute ini tidak aktif, warga terpaksa menggunakan kapal cepat dari Tanjungpinang, namun kapal tersebut tidak dapat memuat barang dalam jumlah besar. Selain itu, biaya tiketnya pun tergolong mahal dan tidak terjangkau bagi sebagian besar masyarakat. Hal ini dinilai bertentangan dengan misi pemerintah dalam mewujudkan konektivitas antarwilayah yang merata.
Baca juga : Wali Kota Lis Kukuhkan KKMP Sebagai Motor Ekonomi Kerakyatan
Pemerintah pusat sebenarnya menyebut bahwa Anambas masih dilayani oleh kapal lain seperti KM Bukit Raya dan beberapa kapal ferry. Namun warga menilai layanan tersebut tidak cukup menjangkau seluruh wilayah dan tidak memiliki jadwal reguler yang memadai. Oleh karena itu, permintaan utama masyarakat adalah mengaktifkan kembali rute dari Tanjungpinang atau Kijang secara langsung dengan kapal perintis.
Warga berharap Kemenhub dan pemerintah daerah dapat segera menyepakati solusi agar trayek kapal tersebut kembali hadir dalam waktu dekat. Selain memperlancar arus barang dan orang, pengaktifan kembali rute ini juga diyakini akan membantu menurunkan harga kebutuhan pokok dan memulihkan aktivitas ekonomi di Kepulauan Anambas yang sempat terganggu akibat keterbatasan akses laut.