Taman Lansia Anak menjadi rencana penataan Lapangan Pamedan Ahmad Yani di Tanjungpinang untuk penganggaran 2026. Pemerintah kota menargetkan ruang terbuka yang lebih inklusif, aman, serta mudah diakses bagi dua kelompok usia yang membutuhkan kenyamanan dan keselamatan. Rencana ini dibarengi penataan pencahayaan, jalur teduh, serta koneksi pejalan kaki agar kawasan pusat kota tetap hidup namun tertib. Di sisi tata kelola, pemerintah menyiapkan koordinasi lintas dinas agar tahapan perencanaan hingga pengadaan berlangsung transparan dan akuntabel.
Program Taman Lansia Anak diposisikan sebagai katalis perbaikan kualitas hidup warga. Pemerintah menyiapkan kajian lalu lintas, kebersihan, dan drainase agar kegiatan publik tidak memicu kemacetan atau genangan. Partisipasi warga—mulai dari forum RW, komunitas olahraga, hingga kelompok lansia—diundang untuk memberi masukan desain. Dengan pendekatan ini, ruang hijau yang nyaman diharapkan menambah pilihan rekreasi harian sekaligus menggerakkan ekonomi mikro di sekitar kawasan.
Rencana Fasilitas dan Anggaran
Paket rancangan mengutamakan aksesibilitas: jalur pedestrian berpaving halus, ramp landai, dan penanda taktil untuk pengguna kursi roda serta lansia. Area bermain anak dirancang berpermukaan lembut dengan permainan yang mendorong interaksi dan imajinasi. Lintasan jogging karet sintetis memutari zona hijau, sementara gazebo, plaza publik, serta musholla kecil melengkapi kebutuhan komunal. Pencahayaan hemat energi dan CCTV dipasang untuk keamanan malam hari, sedangkan vegetasi rindang dipilih guna menurunkan suhu permukaan. Dalam konteks inklusi, keberadaan ruang laktasi dan toilet ramah disabilitas dipastikan sejak tahap desain. Gagasan ini menempatkan Taman Lansia Anak sebagai model ruang publik ramah generasi di pusat kota.
Pendanaan disiapkan melalui APBD 2026 dengan opsi kemitraan CSR untuk elemen tambahan seperti alat permainan edukatif dan taman sensorik. Pemerintah menekankan pengadaan yang efisien serta perawatan pascapembangunan—mulai dari jadwal pembersihan, pengelolaan sampah terpilah, hingga tata tertib kegiatan komunitas. Pelibatan UMKM lokal untuk pengelolaan kios resmi dilakukan agar kawasan tertib dan tidak mengganggu sirkulasi. Skema ini diharapkan mengurangi beban biaya operasional sekaligus memperkuat rasa memiliki warga terhadap Taman Lansia Anak yang akan mereka gunakan setiap hari.
Baca juga : Budaya Melayu harus dihidupkan di tiap zaman Nusantara
Tahap awal mencakup detail engineering design, konsultasi publik, dan analisis dampak lalu lintas. Pemerintah menargetkan pekerjaan fisik dimulai setelah penetapan anggaran, dengan penutupan sebagian area secara bergilir agar kegiatan masyarakat tidak terhenti total. Selama konstruksi, jalur pejalan kaki sementara dan rambu penunjuk arah dipasang untuk menjaga keselamatan. Sosialisasi berkala memastikan warga mengetahui progres, jadwal kerja, serta potensi kebisingan. Setelah rampung, evaluasi menyeluruh dilakukan untuk menakar kenyamanan, keamanan, dan keberfungsian ruang. Di sini, Taman Lansia Anak menjadi indikator mutu layanan publik yang langsung terasa manfaatnya.
Dampak ekonomi diproyeksikan melalui peningkatan kunjungan harian, peluang UMKM kuliner, dan acara komunitas yang terjadwal. Pemerintah mendorong kegiatan olahraga pagi, kelas senam lansia, serta pojok baca anak bekerja sama dengan perpustakaan daerah. Program adopsi pohon dan taman komunitas memperkuat kepedulian lingkungan, sementara patroli kebersihan harian menjaga standar kenyamanan. Ketika ekosistem pengelolaan matang, Tanjungpinang akan memiliki ruang kota yang tak hanya indah, tetapi juga melindungi kelompok rentan. Dengan demikian, Taman Lansia Anak diharapkan menjadi contoh praktik baik yang bisa direplikasi ke kawasan lain.






