
Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Raja Ariza, menghadiri acara bedah buku berjudul Melayukah Aku sebagai bagian dari upaya mendorong pelestarian budaya lokal melalui literasi. Acara tersebut diadakan dengan melibatkan pelajar, guru, dan pemerhati budaya setempat, yang bertujuan menghidupkan kembali semangat membaca dan memperkuat identitas budaya Melayu di tengah generasi muda.
Dalam sambutannya, Raja Ariza menyampaikan bahwa literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga menjadi jembatan untuk mengenali jati diri dan akar budaya. Buku Melayukah Aku dinilai sebagai karya yang merefleksikan nilai-nilai kemelayuan yang semakin tergerus oleh modernisasi. Oleh karena itu, menurutnya, membaca buku semacam ini adalah langkah awal memahami kembali siapa kita dan dari mana kita berasal.
Ia menekankan bahwa Kota Tanjungpinang sebagai pusat peradaban Melayu di Kepulauan Riau memiliki tanggung jawab besar untuk merawat warisan budaya. Raja Ariza mengajak masyarakat, khususnya generasi muda, untuk tidak hanya bangga menjadi bagian dari budaya Melayu, tetapi juga aktif melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi Budaya untuk Pendidikan dan Karakter
Dalam acara bedah buku tersebut, para peserta berdiskusi mengenai isi buku dan relevansinya dengan situasi kebudayaan saat ini. Diskusi berlangsung dinamis, dengan berbagai pandangan yang memperkaya pemahaman tentang pentingnya menjaga budaya lewat literasi.
Raja Ariza menilai kegiatan ini sebagai bentuk pendidikan karakter yang sangat penting. Ia menyatakan bahwa literasi budaya dapat membentuk pribadi yang kuat, berakar, dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap warisan leluhur. Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal akademik, melainkan juga pemahaman terhadap nilai dan identitas.
Pemerintah Kota Tanjungpinang sendiri menyambut positif kegiatan ini dan berkomitmen untuk mendukung kegiatan serupa di masa mendatang. Program literasi akan terus ditingkatkan, baik melalui penyediaan bahan bacaan di perpustakaan maupun melalui kolaborasi dengan komunitas literasi di tingkat kelurahan dan sekolah.
Dorongan untuk Pelestarian Budaya Secara Berkelanjutan
Dalam penutupan acara, Raja Ariza menegaskan bahwa budaya Melayu harus diwariskan melalui pendekatan yang relevan dengan generasi muda, salah satunya melalui buku dan kegiatan literasi. Ia berharap agar bedah buku seperti ini bisa menjadi agenda rutin yang tidak hanya berlangsung seremonial, tetapi menjadi gerakan kultural yang nyata.
Selain mengajak pelajar untuk lebih aktif membaca, ia juga mendorong para guru dan tenaga pendidik untuk mengintegrasikan konten budaya lokal ke dalam materi ajar. Dengan begitu, pelestarian budaya bisa dilakukan secara terstruktur dan berkesinambungan dari ruang kelas hingga ruang publik.
Baca juga : Raja Ariza Pimpin Upacara Ajaran Baru di SMPN 1 Tanjungpinang
Kegiatan bedah buku Melayukah Aku menjadi momentum penting dalam memperkuat literasi budaya Melayu di Tanjungpinang. Pemerintah berharap, kegiatan ini dapat menumbuhkan kebanggaan serta kesadaran kolektif akan pentingnya merawat dan melestarikan warisan budaya sebagai bagian dari jati diri bangsa. Jika dibarengi dengan komitmen dari seluruh elemen masyarakat, literasi budaya dapat menjadi fondasi yang kuat untuk masa depan kebudayaan Melayu.