
Pekan Budaya Melayu Nusantara 2025 resmi ditutup di Lapangan Pamedan Ahmad Yani, Tanjungpinang. Dalam sambutannya, Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Kota Tanjungpinang, Tamrin Dahlan, menegaskan bahwa budaya Melayu harus dihidupkan di tiap zaman. Pesan ini disampaikan sebagai pengingat bahwa tradisi dan identitas lokal tidak boleh terkikis oleh modernisasi.
Acara yang berlangsung sejak 19–22 Agustus ini menghadirkan berbagai penampilan seni, mulai dari lomba syair musikal, musik akustik, tari persembahan, hingga permainan tradisional. Seluruh kegiatan bertujuan membangun kesadaran masyarakat bahwa warisan budaya adalah kekuatan yang bisa menyatukan bangsa. Menurut Tamrin, budaya Melayu harus dihidupkan dengan melibatkan generasi muda agar nilai luhur tetap relevan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Gelaran budaya sebagai ruang edukasi dan kreativitas
Selama empat hari penyelenggaraan, Pekan Budaya Melayu Nusantara menjadi wadah interaksi antara pelaku seni, masyarakat, dan pemerintah. Berbagai lomba dan pertunjukan memperlihatkan keindahan tradisi yang berpadu dengan kreativitas modern. Hal ini membuktikan bahwa budaya Melayu harus dihidupkan bukan hanya dalam bentuk seremonial, tetapi juga melalui inovasi yang menjawab tantangan zaman.
Tamrin juga mengapresiasi keterlibatan pelaku UMKM dan komunitas lokal yang ikut serta dalam pameran budaya. Kehadiran mereka menunjukkan bahwa budaya bukan sekadar identitas, tetapi juga sumber ekonomi kreatif yang potensial. Generasi muda diharapkan tidak hanya menjadi penonton, melainkan juga pelaku aktif dalam menjaga dan mengembangkan tradisi. Dengan begitu, festival ini memberikan dampak ganda: memperkuat pendidikan karakter sekaligus membuka peluang ekonomi.
Baca juga : Semarak Muharam 1447 H Tanjungpinang Dukung Palestina
Pada penutupan acara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IV menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, komunitas seni, dan masyarakat dalam melestarikan budaya. Ia menyatakan bahwa budaya Melayu harus dihidupkan melalui kerja sama lintas generasi. Tanpa kolaborasi, nilai budaya akan tergerus oleh arus globalisasi.
Kegiatan ini juga menjadi refleksi bahwa budaya adalah kekuatan pemersatu bangsa. Warga Tanjungpinang, sebagai Bunda Tanah Melayu, memiliki tanggung jawab besar menjaga nilai tradisi agar terus diwariskan. Dengan partisipasi aktif semua pihak, budaya Melayu harus dihidupkan agar tetap relevan, dinamis, dan mampu memperkaya kehidupan bangsa di masa depan.