
Peristiwa tragis terjadi di Perumahan Bintan Permai, Jalan Ganet, Kelurahan Pinang Kencana—sebuah kejadian gantung diri Ganet Tanjungpinang. Seorang pria berusia 37 tahun ditemukan tewas di dapur rumahnya pada Selasa siang (12/8/2025), setelah ditinggal istrinya berangkat kerja. Hasil dari penuturan Ketua RT RT 03 menyampaikan bahwa korban ditemukan oleh anaknya saat pulang sekolah dan lansung dilaporkan ke polisi. Korban diketahui menderita stroke namun menunjukkan perbaikan kondisi. Meski demikian, tindakan bunuh diri tetap terjadi.
Kejadian ini menusuk hati karena keluarga baru menempati rumah tersebut sekitar satu bulan terakhir. Korban tinggal bersama istri dan dua anaknya. Saat kejadian, sang istri tidak berada di rumah karena bekerja di luar wilayah. Ketika berita diterima dan istrinya pulang, suasana menjadi haru—menunjukkan bahwa kehilangan ini sungguh mengejutkan dan menyakitkan.
Kejadian gantung diri Ganet Tanjungpinang memicu keprihatinan luas dari warga sekitar dan berbicara soal pentingnya deteksi dini kesehatan mental dan fisik dalam situasi rawan.
Kronologi dan Dugaan Motif yang Menyelimuti Peristiwa
Dalam penangan kejadian, polisi bersama tim Inafis Polresta Tanjungpinang segera dievakuasi ke RSUD RAT Provinsi Kepri untuk visum. Korban yang tengah berupaya bangkit dari stroke diperkirakan mengalami kondisi psikologis rentan. Padahal, istrinya sempat merawat sepenuh hati, bahkan membawanya ke titik mampu berjalan kembali sebelum kembali bekerja—yang ironisnya menjadi titik awal tragedi.
Gantung diri Ganet Tanjungpinang di dapur menandai titik kesenduan keluarga yang tampak normal di luar. Terdepan, Ketua RT dengan sigap melapor ke polisi saat mengetahui korban tidak merespons panggilan anaknya. Ambang waktu yang singkat antar anak pulang ke reaksi warga menjadi pergerakan cepat pelaporan.
Insiden ini menggarisbawahi potensi krisis tersembunyi pada kondisi medis yang tampak membaik, namun tidak terdeteksi risiko kejiwaan. Perlu pendekatan holistik dalam perawatan seperti ini—tidak hanya fisik tapi juga mental.
Peristiwa gantung diri Ganet Tanjungpinang menjadi pengingat bahwa kondisi medis serius bisa menyembunyikan beban emosional yang berat. Kerabat dan orang terdekat perlu memahami bahwa bahkan saat fisik membaik, kondisi mental juga perlu diperhatikan.
Baca juga : Tangkap Mafia Tanah Tanjungpinang Bintan dengan UU TPPU
Kepolisian dan masyarakat diharap mendukung keluarga korban dengan empati, bukan stigma. Pelatihan deteksi dini bagi keluarga pasien stroke layak disosialisasikan sebagai bagian dari upaya preventif tragedi seperti ini — agar tak hanya menangani akibat, tetapi mencegah lebih awal.
Semoga kematian tragis ini memberi kesadaran kolektif bahwa faktor medis dan psikologis harus ditangani bersama, agar potensi serupa tidak lagi terulang di lingkungan mana pun.