
QR Cagar Budaya resmi diluncurkan Wali Kota Tanjungpinang di Pulau Penyengat pada 22 September 2025. Melalui kode yang dipasang di titik bersejarah, pengunjung cukup memindai dengan ponsel untuk membaca kisah bangunan, tokoh, dan jejak Kesultanan Riau–Lingga. Peresmian berlangsung di balai kelurahan setempat dan diarahkan untuk memperkuat literasi sejarah sekaligus pengalaman wisata yang lebih informatif. Program ini menyasar keluarga, pelajar, serta wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Pemasangan dilakukan bertahap pada ikon-ikon utama seperti Masjid Sultan Riau, komplek makam raja, dan rumah panggung tua. Setelah pemindaian, halaman penjelas menampilkan ringkasan sejarah, foto, aturan berkunjung, dan rujukan bacaan. Pemerintah kota menegaskan bahwa masukan pengunjung akan dihimpun untuk memperbaiki jalur tur, memperkuat perawatan situs, dan memudahkan pemandu menata narasi yang seragam namun tetap menarik.
Cara Akses dan Manfaat bagi Pengunjung
Setiap titik diberi papan identitas dengan petunjuk pemindaian yang mudah dipahami. Pengunjung cukup membuka kamera atau aplikasi pemindai, mengarahkan ke kode, lalu mengakses laman informasi yang memuat sejarah singkat, arsitektur, dan konteks budaya bangunan. Konten dirancang ringkas, ramah gawai, dan dapat diperbarui tanpa mengubah penanda fisik. Di titik-titik sibuk, relawan membantu lansia atau rombongan sekolah agar proses berlangsung tertib. Kehadiran QR Cagar Budaya membuat wisata mandiri kian praktis: turis tak lagi bergantung penuh pada papan keterangan yang terbatas.
Bagi pelajar, materi dapat disimpan untuk tugas sekolah; bagi pemandu, tautan menyatukan istilah, ejaan, dan kronologi sehingga narasi lebih konsisten. Informasi etika kunjungan—seperti aturan berpakaian di tempat ibadah, larangan memegang artefak, dan zona foto—ditampilkan jelas agar pengalaman tetap nyaman bagi warga setempat. Pemerintah menyiapkan pembaruan berkala untuk menambah bahasa, galeri, dan rute berjalan kaki, sehingga durasi kunjungan bertambah dan dampak ekonominya meluas ke pelaku usaha kecil di sekitar situs.
Baca juga : Ziarah Pulau Penyengat, Lanudal Tanjungpinang
Digitalisasi membuat pengelola memiliki data anonim tentang minat pengunjung: titik mana yang ramai, berapa lama orang membaca, dan jam puncak. Data ini dipakai menyusun jadwal perawatan, membagi arus wisata, dan merancang acara budaya pada momen yang tepat. UMKM kuliner serta suvenir didorong menautkan promo ke laman destinasi, sementara komunitas lokal dilibatkan sebagai kurator konten agar kisah yang tersaji akurat namun mudah dicerna. Dengan begitu, identitas sejarah tetap terjaga, sekaligus menguatkan ekonomi warga.
Ke depan, pemerintah merencanakan integrasi peta digital, tiket terusan, dan rute tematik yang menghubungkan masjid, makam, serta permukiman tradisional. Pelatihan literasi digital bagi pengelola situs menjadi prioritas agar pembaruan berjalan rapi. Jika perawatan dan kurasi konten konsisten, inisiatif ini akan menambah nilai pengalaman wisata, meningkatkan lama tinggal, dan memperluas jangkauan promosi Tanjungpinang. Inovasi yang berangkat dari kebutuhan lapangan ini menunjukkan bagaimana teknologi sederhana seperti QR Cagar Budaya dapat menjaga warisan sambil menghidupkan pariwisata daerah.