Operasi Zebra Seligi menjadi fokus utama Polresta Tanjungpinang menjelang pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas di akhir November 2025. Melalui latihan pra operasi yang digelar di Aula Rupatama Wicaksana Laghawa, jajaran Satuan Lalu Lintas dan fungsi terkait dipersiapkan untuk memahami tujuan, sasaran, serta mekanisme operasi secara menyeluruh. Kegiatan ini dipimpin Kabag Ops AKP Iwan Nopriawan dan dihadiri Wakasat Lantas AKP Raisa Prilia Savitri bersama personel lintas fungsi yang akan terlibat di lapangan.
Dalam arahan pembuka, pimpinan menegaskan bahwa keberhasilan Operasi Zebra Seligi bergantung pada profesionalitas dan keseragaman pola tindak seluruh personel. Polresta Tanjungpinang diminta menjadikan operasi ini bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan momentum memperbaiki budaya tertib berlalu lintas di jalan kota. Penekanan juga diberikan pada pentingnya pelayanan yang humanis ketika berhadapan dengan masyarakat, agar pesan edukasi lebih mudah diterima tanpa mengurangi ketegasan dalam penindakan terhadap pelanggaran yang berisiko menimbulkan kecelakaan. Kegiatan ini ikut mengecek kesiapan sarana dan prasarana pendukung.
Sasaran Pelanggaran dan Pola Penindakan di Lapangan
Dalam latihan pra operasi, pejabat operasional memaparkan kembali sasaran utama penertiban yang akan disentuh melalui Operasi Zebra Seligi. Fokus penindakan mencakup pelanggaran kasatmata seperti pengendara dan pembonceng tanpa helm, pelanggaran marka dan rambu, penggunaan kendaraan tidak laik jalan, hingga aksi balap liar yang kerap meresahkan warga. Potensi gangguan seperti kemacetan di titik rawan serta kecelakaan lalu lintas sebelum, selama, dan sesudah masa operasi juga dipetakan untuk menentukan pola penjagaan dan rekayasa arus yang tepat. Data pelanggaran sebelumnya ditampilkan sebagai contoh konkret agar personel memahami pola kesalahan yang sering dilakukan pengendara di Kota Tanjungpinang.
Polresta Tanjungpinang menyiapkan skema koordinasi dengan Dinas Perhubungan, Satpol PP dan unsur TNI untuk memperkuat kehadiran negara di ruang publik jalan raya. Dalam paparan ditegaskan bahwa Operasi Zebra Seligi tidak hanya berfokus pada tindakan represif berupa penilangan, tetapi juga langkah preemtif dan preventif melalui edukasi langsung di titik keramaian. Personel diminta memberi contoh tertib berlalu lintas, menggunakan bahasa yang santun, dan mendahulukan pendekatan persuasif kepada pelanggar ringan, sambil tetap tegas terhadap pelanggaran yang membahayakan keselamatan pengguna jalan lain. Melalui cara itu, diharapkan penegakan hukum terasa adil sekaligus mendidik tanpa menimbulkan gesekan berlebihan antara petugas dan pengguna jalan.
Baca juga : Pengamanan Kunjungan Ketua MPR RI Ahmad Muzani
Melalui rangkaian latihan pra operasi ini, jajaran kepolisian berharap Operasi Zebra Seligi benar-benar mampu menurunkan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polresta Tanjungpinang. Evaluasi pelaksanaan tahun sebelumnya dijadikan bahan pembelajaran untuk memperbaiki penempatan personel, pola patroli, serta sistem pelaporan di setiap pos. Petugas juga diingatkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, mulai dari dokumentasi pelanggaran hingga penggunaan media sosial sebagai sarana sosialisasi aturan berkendara yang aman. Setiap personel diwajibkan memahami standar operasional prosedur secara rinci agar tidak terjadi perbedaan perlakuan terhadap pelanggar di titik pengawasan yang berbeda.
Ke depan, Polresta Tanjungpinang menargetkan terbangunnya budaya tertib berlalu lintas yang berkelanjutan, bukan hanya selama masa operasi berlangsung. Karena itu, kerja sama dengan sekolah, komunitas pengemudi, dan tokoh masyarakat akan terus diperluas agar pesan keselamatan jalan raya sampai ke semua lapisan. Operasi Zebra Seligi diharapkan menjadi contoh operasi yang humanis, profesional, dan transparan, sehingga kehadiran polisi lalu lintas di jalan tidak lagi dipandang semata-mata sebagai penindak, tetapi juga mitra masyarakat dalam mewujudkan kamseltibcarlantas di Kota Tanjungpinang. Sinergi lintas sektor ini diharapkan mampu mengubah kesadaran kolektif masyarakat bahwa tertib berlalu lintas merupakan bagian penting dari budaya kota yang modern dan aman.






