Masjid Penyengat: Simbol Peradaban Melayu dari Masa ke Masa

Pernah ke Pulau Penyengat?

Kalau kamu belum, kamu wajib masukin tempat ini ke list liburan berikutnya. Serius. Soalnya, di pulau kecil yang cuma butuh waktu 15 menit dari Tanjungpinang ini, berdiri satu bangunan yang bikin semua orang yang lihat langsung berhenti: Masjid Penyengat.

Warna kuningnya mencolok. Kubah dan menaranya menjulang, dan auranya tuh… beda. Bukan sekadar masjid biasa. Ini masjid yang punya cerita panjang—tentang Melayu, tentang kekuasaan, tentang ilmu, dan juga tentang cinta.


Rahasia Konstruksi Masjid Penyengat: Dibangun dengan Putih Telur

Kalau kamu pikir bangunan tua kayak gini pasti ringkih, kamu salah. Masjid ini dibangun tahun 1800-an, tapi masih berdiri kokoh sampai sekarang. Rahasianya? Putih telur.

Konon katanya, saat itu belum ada semen modern. Nah, masyarakat setempat bantuin nyumbang telur ayam dan bebek. Putihnya dicampur buat bikin perekat batu bata. Aneh? Mungkin. Tapi ajaibnya: kuat banget.

Dan yang bikin makin keren, semua ini dilakukan bareng-bareng. Sultan Riau-Lingga waktu itu minta warga bantu bangun buat hadiah ke istrinya. Tapi jadinya, satu pulau turun tangan. Gotong royong asli.


Arsitekturnya Nggak Cuma Indah, Tapi Penuh Makna

Kalau kamu perhatiin detail masjid ini, semuanya tuh ada artinya. Warna kuningnya lambang kejayaan. Hijau? Ya, pasti nyambung ke Islam. Terus, ada empat menara dan empat kubah. Empat itu angka sakral dalam budaya Melayu—melambangkan keseimbangan antara agama, adat, rakyat, dan ilmu.

Bangunannya juga hadap laut. Kenapa? Karena zaman dulu, laut itu jalan utama. Jadi siapa pun yang datang ke Penyengat, pasti pertama lihatnya masjid ini. Semacam “halo, selamat datang di pusat budaya kami.”


Masjid Penyengat sebagai Simbol Peradaban Melayu dan Pusat Ilmu

Dulu banget, Masjid Penyengat ini bukan cuma tempat ibadah. Ini kayak sekolah sekaligus pusat diskusi. Banyak tokoh penting belajar di sini, termasuk Raja Ali Haji, penulis Gurindam Dua Belas dan penyusun kamus bahasa Melayu pertama.

Jadi jangan bayangin masjid ini cuma buat salat. Di sini orang nulis, baca, belajar, dan berdiskusi. Bahkan katanya, perpustakaan zaman dulu di masjid ini nyimpan banyak manuskrip langka. Sayang nggak semuanya bertahan sampai sekarang.


Sampai Sekarang Masih Aktif

Meski usianya udah lebih dari dua abad, masjid ini masih sering dipakai. Setiap Jumat, salat berjamaah di sini masih jalan. Ramadan? Penuh terus. Bahkan banyak juga yang datang buat ziarah dan wisata religi.

Kalau lagi sepi, duduk di serambinya sambil dengar suara ombak, rasanya kayak lagi ngobrol sama masa lalu. Serius. Ada suasana damai yang susah dijelasin.


Wisata Religi di Masjid Penyengat: Lebih dari Sekadar Foto

Banyak yang datang ke sini buat foto-foto. Wajar sih, soalnya masjid ini memang fotogenik banget. Pagi hari dengan cahaya matahari menyinari dinding kuningnya? Cakep. Sore hari waktu matahari mulai tenggelam di balik laut? Lebih cakep lagi.

Tapi buat kamu yang mau lebih dari sekadar pose, coba deh ngobrol sama warga lokal. Tanya soal sejarahnya, soal Raja Ali Haji, atau kenapa pulau ini bisa jadi pusat Melayu. Nggak sedikit loh yang tahu cerita-cerita menarik.


Tantangan Jadi Warisan Dunia

Beberapa tahun terakhir, banyak yang ngusulin Pulau Penyengat—termasuk masjid ini—buat masuk daftar warisan dunia UNESCO. Tapi ya, masih banyak tantangan.

Mulai dari perawatan bangunan, promosi wisata, sampai tata kelola. Kadang, kita suka lupa hargai yang udah ada di depan mata. Padahal kalau dipoles dikit, tempat ini bisa banget jadi destinasi internasional.


Tips Buat Kamu yang Mau ke Sana

  1. Berangkat dari Pelabuhan Tanjungpinang, naik pompong cuma 15 ribu.
  2. Datang pagi atau sore, cahaya lagi bagus.
  3. Pakaian sopan, ini tempat ibadah juga.
  4. Jangan cuma foto-foto, ngobrol sama warga lokal itu jauh lebih berkesan.
  5. Cobain kuliner khas Melayu sekitar pelabuhan sebelum balik ke kota!

Masjid yang Bukan Sekadar Masjid

Buat saya pribadi, Masjid Penyengat itu semacam pengingat. Bahwa budaya itu bukan cuma tarian, bukan cuma makanan, bukan cuma baju adat. Budaya itu hidup dalam tempat-tempat seperti ini—di mana sejarah, agama, dan ilmu bertemu.

Masjid ini pernah jadi pusat kekuasaan, pusat belajar, dan tempat spiritual. Sekarang, dia masih ada, masih berdiri, dan masih jadi titik temu antara masa lalu dan masa kini.

Kalau kamu ingin merasakan semua itu langsung, kamu tahu harus ke mana.

Anna Fallarino & Casati Stampa: Tragedi Cinta dan Skandal Italia

Related Posts

KKN UGM Dukung Gemerlap Pinang 2025

Tim Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan komitmennya terhadap pelestarian budaya lokal melalui partisipasi aktif dalam acara “Gemerlap Pinang 2025” yang digelar di…

Sunset Scooter Parade 2025 Tanjungpinang Gaet 250 Vespa Asing-Lokal, Dorong Wisata dan Ekonomi Kreatif Kepri

Sunset Scooter Parade 2025 Tanjungpinang sukses digelar pada Sabtu, 5 Juli 2025, dan langsung memikat perhatian ribuan pasang mata warga Kota Gurindam. Tak kurang dari 250 skuteris, baik dari komunitas…

One thought on “Masjid Penyengat: Simbol Peradaban Melayu dari Masa ke Masa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You Missed

Perbasi Perkuat Pembinaan Basket Tanjungpinang

Perbasi Perkuat Pembinaan Basket Tanjungpinang

Pramuka Jadi Solusi Strategis Karakter Bangsa

Pramuka Jadi Solusi Strategis Karakter Bangsa

Keamanan Pangan Tanjungpinang Jadi Fokus Utama

Keamanan Pangan Tanjungpinang Jadi Fokus Utama

Elfiani Sandri Ajak Perkuat Perlindungan Perempuan Anak

Elfiani Sandri Ajak Perkuat Perlindungan Perempuan Anak

Pemusnahan Narkotika Penting untuk Generasi Muda

Pemusnahan Narkotika Penting untuk Generasi Muda

Penataan Pulau Penyengat Berlanjut, Fokus Wisata dan Budaya

Penataan Pulau Penyengat Berlanjut, Fokus Wisata dan Budaya