
Kasus DBD Meningkat Signifikan di Pertengahan 2025
Memasuki pertengahan tahun 2025, Pemerintah Kota Tanjungpinang mencatat lonjakan signifikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Data terbaru hingga 25 Juni 2025 menunjukkan peningkatan jumlah pasien, termasuk kasus yang menimbulkan satu korban jiwa. Fenomena ini memicu respons cepat dari berbagai instansi di bawah koordinasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tanjungpinang.
Peningkatan kasus ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya cuaca lembap dan curah hujan yang tinggi, yang menciptakan kondisi ideal bagi berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
Langkah Tanggap Cepat: Fogging dan Edukasi oleh Tiga Lembaga
Melihat urgensi situasi, tiga lembaga utama—Dinas Kesehatan, BPBD, dan BKK—langsung melakukan kolaborasi lapangan untuk mengatasi penyebaran DBD secara cepat dan sistematis.
1. Dinkes Tanjungpinang
Dinkes menurunkan tim khusus untuk:
- Menelusuri kasus DBD aktif di tiap kelurahan.
- Melakukan penyelidikan epidemiologi.
- Melakukan fogging fokus di rumah-rumah penderita serta lingkungan sekitar.
Selain itu, Dinkes juga mengajak masyarakat untuk aktif menjalankan Gerakan 3M Plus, yaitu:
- Menguras tempat penampungan air,
- Menutup wadah air,
- Mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menampung air,
- Plus menggunakan kelambu dan obat nyamuk.
2. BPBD dan BKK
BPBD dan Balai Pengelolaan Bangunan Kota (BKK) mengerahkan tim pelaksana lapangan untuk melakukan fogging masif di sejumlah wilayah rawan, termasuk:
- Kampung Bugis,
- Melayu Kota Piring,
- Batu IX, yang tercatat menyumbang lebih dari 39% kasus DBD.
Fogging dilakukan pada pagi dan sore hari untuk memaksimalkan pembasmian nyamuk dewasa di lingkungan permukiman padat penduduk.
Fokus Wilayah dan Strategi Pencegahan
Wilayah seperti Batu IX, Kampung Bugis, dan Melayu Kota Piring menjadi titik prioritas dalam penanganan karena mencatat jumlah kasus tertinggi. Strategi utama yang dilakukan meliputi:
- Inventarisasi pasien terkonfirmasi DBD.
- Pelacakan sumber penyebaran melalui data medis.
- Sosialisasi kepada RT/RW dan masyarakat sekitar lokasi pasien.
Kegiatan fogging disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan jumlah kasus agar pelaksanaannya tepat sasaran.
Edukasi Masyarakat Jadi Komponen Kunci
Selain tindakan fisik seperti fogging, Dinkes Tanjungpinang juga menggencarkan edukasi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya DBD. Edukasi ini dilakukan melalui:
- Penyuluhan langsung di lingkungan RW/RT.
- Kampanye 3M Plus di sekolah-sekolah.
- Penyebaran informasi melalui media sosial dan siaran radio lokal.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Tanjungpinang, Rustam, DBD tidak dapat dikendalikan hanya dengan fogging, tetapi harus diikuti perilaku hidup bersih dan pengendalian lingkungan dari masyarakat sendiri.
Satu Pasien Meninggal Dunia: Peringatan Keras untuk Semua Pihak
Dari laporan resmi yang diterima, terdapat satu korban jiwa akibat DBD dalam periode ini. Hal ini menandakan bahwa DBD tidak boleh dianggap sepele, terutama bila terlambat ditangani. Dinas Kesehatan mengimbau masyarakat untuk segera ke fasilitas kesehatan apabila mengalami gejala seperti:
- Demam tinggi mendadak,
- Nyeri di bagian belakang mata,
- Pendarahan ringan (gusi atau mimisan),
- Mual dan lemas berlebihan.
Penanganan medis sejak dini adalah kunci untuk menurunkan angka kematian akibat DBD.
Harapan Pemerintah dan Langkah Lanjutan
Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Wali Kota dan OPD terkait berkomitmen untuk meningkatkan anggaran dan sinergi penanganan penyakit berbasis lingkungan. Ke depan, langkah preventif jangka panjang seperti:
- Pembagian abate secara rutin,
- Pembangunan saluran drainase sehat,
- Edukasi berkelanjutan di lingkungan sekolah,
akan terus digencarkan agar masyarakat tidak hanya bergantung pada fogging, tetapi memiliki kesadaran menjaga lingkungan sebagai tindakan pencegahan utama.
DBD masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat perkotaan seperti Tanjungpinang. Lonjakan kasus pada pertengahan 2025 menjadi peringatan penting bagi semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan. Langkah tanggap cepat dari Dinkes, BPBD, dan BKK melalui fogging serta edukasi menjadi titik awal pengendalian, namun keberhasilan program akan sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat.
Mari bersama-sama lawan DBD, mulai dari lingkungan terdekat!