
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang resmi memulai proyek penyusunan buku sejarah Tanjungpinang. Langkah ini diambil sebagai upaya mendokumentasikan perjalanan panjang kota yang dikenal sebagai pusat budaya Melayu. Proses penyusunan melibatkan sejarawan, akademisi, hingga tokoh masyarakat dalam forum diskusi kelompok terarah (FGD) yang digelar beberapa waktu lalu.
Kepala Bidang Sejarah dan Cagar Budaya Disbudpar, Wimmy Dharma Hidayat, menyebut bahwa buku ini diharapkan menjadi referensi otentik tentang identitas dan perjalanan sejarah Tanjungpinang. Tidak hanya memuat catatan peristiwa, namun juga menggali nilai budaya yang telah membentuk karakter masyarakat. Dengan hadirnya buku sejarah Tanjungpinang, pemerintah ingin memberikan kontribusi nyata bagi pendidikan, kebudayaan, dan penguatan pariwisata berbasis sejarah.
Proses Penyusunan dan Keterlibatan Publik
Penyusunan buku sejarah Tanjungpinang dilakukan melalui tahapan panjang, mulai dari riset arsip, wawancara tokoh sejarah, hingga pengumpulan data lapangan. FGD yang dihadiri akademisi, budayawan, serta perwakilan masyarakat lokal dimaksudkan agar buku ini memiliki sudut pandang komprehensif. Dengan begitu, setiap narasi yang ditulis tidak hanya faktual tetapi juga mencerminkan nilai kolektif masyarakat.
Disbudpar menegaskan bahwa proyek ini terbuka terhadap masukan publik. Masyarakat diundang untuk menyampaikan dokumen, foto, atau catatan sejarah keluarga yang relevan. Dengan partisipasi aktif warga, buku ini dapat menyatukan kisah personal dan kolektif menjadi dokumentasi penting.
Selain itu, keberadaan buku sejarah Tanjungpinang diharapkan mendukung kurikulum pendidikan daerah. Sekolah-sekolah nantinya dapat memanfaatkan buku ini sebagai materi tambahan untuk memperkenalkan sejarah lokal kepada generasi muda. Hal tersebut penting agar nilai budaya tidak hilang di tengah arus modernisasi.
Masyarakat menyambut positif inisiatif ini karena buku sejarah Tanjungpinang dianggap sebagai tonggak penting dalam memperkuat identitas budaya kota. Publik berharap agar penyusunan ini tidak hanya berhenti pada penerbitan, melainkan dilanjutkan dengan pengembangan produk turunan seperti museum mini, tur sejarah, dan kegiatan literasi berbasis sejarah lokal.
Baca juga : Budaya Melayu harus dihidupkan di tiap zaman Nusantara
Pemerintah daerah juga berharap buku ini bisa menjadi media promosi pariwisata budaya. Dengan dokumentasi sejarah yang lengkap, Tanjungpinang dapat memperkenalkan kekayaan tradisi dan nilai lokal kepada wisatawan. Hal ini sejalan dengan visi menjadikan kota sebagai destinasi wisata budaya unggulan di Kepulauan Riau.
Lebih jauh, buku sejarah Tanjungpinang akan menjadi warisan pengetahuan bagi generasi mendatang. Identitas kota yang multikultural bisa terjaga dengan baik melalui dokumentasi tertulis yang kredibel. Dengan dukungan semua pihak, proyek ini dapat menjadi simbol sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam merawat sejarah sekaligus memperkuat persatuan.