Budaya Tionghoa Tanjungpinang menjadi elemen penting dalam strategi promosi pariwisata daerah yang menggabungkan nilai sejarah dan daya tarik budaya. Keberadaan komunitas Tionghoa di kawasan Kota Lama menciptakan suasana khas yang menonjolkan toleransi, akulturasi, dan identitas multikultural. Pemerintah daerah memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan kunjungan wisata, terutama wisatawan mancanegara dari Singapura dan Malaysia.
Festival budaya menjadi salah satu daya dorong utama. Pawai lampion dan pertunjukan barongsai di kawasan Jalan Merdeka, misalnya, berhasil menarik ribuan penonton setiap tahun. Kegiatan tersebut memperkuat posisi Budaya Tionghoa Tanjungpinang sebagai wajah keterbukaan dan persaudaraan lintas etnis. Pemerintah juga mendorong pelibatan UMKM kuliner serta pengrajin lokal untuk menciptakan efek ekonomi yang merata di sektor wisata.
Situs bersejarah seperti Vihara Ksitigarbha Bodhisattva, yang dikenal dengan sebutan Patung Seribu, menjadi daya tarik ikonik wisata religi. Wisatawan tidak hanya menikmati arsitektur megah, tetapi juga belajar tentang filosofi kehidupan dan harmoni sosial yang diwariskan generasi terdahulu. Semua unsur ini memperkuat citra Budaya Tionghoa Tanjungpinang sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas kota.
Festival dan Pemberdayaan UMKM Lokal
Perayaan budaya seperti Festival Mooncake di Kota Lama menegaskan peran ekonomi kreatif dalam pengembangan destinasi. Sekitar dua ribu peserta pawai lampion dan ratusan pelaku UMKM turut serta menampilkan kuliner, batik, serta kerajinan tangan khas daerah. Antusiasme warga dan wisatawan membuktikan bahwa Budaya Tionghoa Tanjungpinang bukan sekadar warisan, tetapi juga peluang ekonomi nyata. Setiap gelaran budaya meningkatkan omzet pelaku usaha kecil dan menambah lapangan kerja sementara selama musim wisata.
Kolaborasi antara pemerintah, komunitas Tionghoa, dan pelaku usaha menjadi kunci keberhasilan acara. Strategi promosi berbasis kalender event kini terintegrasi dalam program Visit Kepri yang menargetkan peningkatan wisatawan asing. Budaya Tionghoa Tanjungpinang diharapkan menjadi diferensiasi utama dari destinasi lain di Kepulauan Riau. Selain itu, pendekatan lintas sektor memperkuat rasa kepemilikan masyarakat terhadap kegiatan wisata.
Sisi sosial dari festival juga penting. Tradisi berbagi kue bulan, doa bersama lintas agama, dan pertunjukan budaya menunjukkan nilai inklusif yang mendukung stabilitas sosial. Pemerintah daerah menegaskan komitmen menjaga keberagaman sebagai modal utama pariwisata berkelanjutan. Kombinasi budaya, ekonomi, dan solidaritas masyarakat menjadi paket lengkap yang memperkuat daya tarik kota di mata wisatawan domestik dan mancanegara.
Strategi branding yang menonjolkan Budaya Tionghoa Tanjungpinang kini difokuskan pada visualisasi digital dan storytelling berbasis komunitas. Penggunaan media sosial dan kolaborasi dengan kreator lokal memperluas jangkauan promosi tanpa biaya tinggi. Paket wisata tematik seperti “Jelajah Kota Lama” dan “Wisata Kuliner Tionghoa” mulai dikembangkan untuk menarik wisatawan yang mencari pengalaman autentik. Pendekatan ini menggabungkan sejarah, kuliner, dan interaksi budaya secara langsung.
Baca juga : Pawai Budaya Tanjungpinang Hidupkan Ekonomi Warga
Pemerintah juga menggandeng akademisi dan pelaku industri kreatif untuk memperkuat narasi destinasi. Data pengunjung digunakan untuk menyusun strategi digital marketing yang terukur. Selain itu, pelatihan hospitality berbasis multibahasa bagi pelaku UMKM dan pemandu wisata memperbaiki kualitas layanan dan citra kota. Dengan langkah-langkah ini, Budaya Tionghoa Tanjungpinang semakin diakui sebagai elemen strategis dalam peningkatan daya saing pariwisata daerah.
Ke depan, pemerintah berencana menambah infrastruktur pendukung seperti signage wisata, museum interaktif, dan zona pedestrian di kawasan heritage. Targetnya adalah menjadikan Kota Lama sebagai ruang hidup yang menggabungkan aktivitas ekonomi, edukasi, dan rekreasi. Bila konsistensi dijaga, Budaya Tionghoa Tanjungpinang akan terus menjadi motor penggerak ekonomi kreatif sekaligus simbol keharmonisan sosial di Kepulauan Riau.






