
Aksi 1000 Lilin Tanjungpinang menjadi sorotan publik setelah koalisi mahasiswa dan komunitas warga menggelar mimbar bebas di Taman Migas Tun Telani, Dompak. Acara berlangsung tertib dengan orasi, pembacaan puisi, serta prosesi penyalaan lilin sebagai simbol doa dan solidaritas. Kapolres Tanjungpinang ikut hadir untuk memastikan pengamanan berjalan proporsional, sekaligus mengapresiasi inisiatif damai yang mengedepankan etika berdemonstrasi. Penyelenggara menyiapkan tata tertib sederhana agar alur kegiatan rapih, mulai dari pembagian zona peserta, jalur keluar-masuk, hingga imbauan kebersihan lokasi setelah acara usai.
Kehadiran perwakilan pemerintah daerah memperkuat dialog dua arah. Pejabat menyampaikan kesiapan menampung aspirasi serta menegaskan bahwa ruang berekspresi dijaga sepanjang memenuhi hukum dan ketertiban umum. Di sisi lain, panitia menekankan substansi renungan malam: merawat ingatan, menolak kekerasan, dan menguatkan kepedulian sosial. Mengusung pesan toleransi, kegiatan ini diharapkan menjadi rujukan pelaksanaan aksi damai yang beradab dan inklusif di Tanjungpinang dan sekitarnya.
Kronologi Kegiatan dan Kehadiran Pejabat
Rangkaian acara dimulai menjelang senja dengan registrasi relawan, penataan lilin, dan pengecekan alat suara. Setelah pembukaan, juru bicara koalisi memaparkan maksud aksi, dilanjutkan sesi mimbar bebas yang memberi kesempatan setara bagi mahasiswa, komunitas seni, dan tokoh masyarakat. Kapolresta menyampaikan imbauan keselamatan, memastikan rute evakuasi, serta mengingatkan peserta menjaga jarak aman dari jalur kendaraan. Tim pengamanan dibagi dalam beberapa sektor untuk memantau kerumunan tanpa membatasi ruang ekspresi. Seusai ishoma, panitia mengajak peserta berdiri mengheningkan cipta sebelum prosesi penyalaan lilin dimulai.
Pada puncak acara, perwakilan keluarga dan komunitas menyampaikan refleksi singkat, disusul tabur bunga sebagai penutup simbolik. Petugas kebersihan dan relawan lingkungan bergerak cepat memungut sampah agar taman kembali bersih. Dalam konferensi singkat, penyelenggara berterima kasih kepada aparat dan tenaga medis siaga, menegaskan bahwa kolaborasi lapangan penting untuk mencegah insiden kecil menjadi gangguan besar. Di titik ini, Aksi 1000 Lilin Tanjungpinang tampil bukan sekadar seremoni, melainkan forum aman menyampaikan aspirasi dengan bahasa yang santun. Kehadiran pejabat daerah memberi sinyal bahwa kanal dialog tetap terbuka, sementara kepolisian menjaga keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan ketertiban umum.
Baca juga : Polresta Selidiki RSUD RAT Tanjungpinang Terkait Tiga Kasus
Makna utama aksi terletak pada konsistensi merawat empati dan solidaritas warga. Melalui renungan dan lilin yang menyala, peserta diajak mengingat nilai kemanusiaan, menolak ujaran kebencian, dan menguatkan budaya saling jaga. Edukasi publik disisipkan: cara mengajukan izin kegiatan, standar keselamatan acara luar ruang, serta etika berdiskusi di tempat umum. Panitia juga mengumumkan kanal pengaduan jika ada praktik pemaksaan ataupun provokasi yang menodai tujuan mulia kegiatan. Dengan begitu, penyelenggara ingin memastikan aksi damai berpengaruh nyata pada kualitas dialog sosial.
Pasca-acara, koalisi merilis rencana tindak lanjut berupa kajian kebijakan dan forum diskusi terbuka lintas kampus serta komunitas. Pemerintah daerah diundang hadir untuk menampung saran konkret yang dapat diterjemahkan ke program kerja—misalnya penguatan layanan konseling, ruang budaya, atau dukungan kegiatan literasi. Aparat berkomitmen mempertahankan pola pengamanan humanis, mengedepankan komunikasi dan mediasi. Dalam kacamata civic engagement, Aksi 1000 Lilin Tanjungpinang menjadi contoh bagaimana aspirasi disalurkan tanpa friksi, sekaligus membangun kepercayaan antara warga dan pemerintah. Dengan kesinambungan dialog, dampak sosialnya diharapkan meluas—dari taman kota ke ruang kebijakan—mendorong budaya partisipasi yang sehat, tertib, dan beradab.