Harga Ayam Mahal Tanjungpinang dalam dua pekan terakhir membuat pedagang ayam goreng krispi di sejumlah titik mengeluh. Seorang pedagang bernama Yanto menyebut pasokan ayam potong yang biasanya lancar kini sulit didapat karena stok menipis. Kondisi itu membuat volume belanja turun dan berdampak langsung pada jumlah produksi harian.
Sebelumnya, Yanto bisa membeli sekitar 55–60 kilogram ayam untuk dua gerobak. Namun dalam situasi saat ini, ia hanya bisa memperoleh sekitar 30–35 kilogram, sehingga satu gerobak terpaksa berhenti beroperasi sementara. Ia memilih berjualan di satu lokasi agar biaya operasional tidak membengkak ketika bahan baku terbatas.
Di sisi lain, harga ayam di pasar ikut melonjak, dari kisaran Rp36 ribu per kilogram menjadi Rp41 ribu hingga Rp55 ribu per kilogram. Kenaikan ini membuat pedagang berada pada posisi sulit, karena menaikkan harga jual dikhawatirkan menurunkan daya beli pelanggan. Sebagian pedagang memilih bertahan dengan menekan porsi dan mengatur ulang jam produksi agar tetap bisa melayani pembeli.
Kenaikan Harga dan Dampaknya ke Produksi Harian
Keluhan utama pedagang bukan hanya soal Harga Ayam Mahal Tanjungpinang, tetapi juga ketidakpastian pasokan yang membuat perencanaan produksi berantakan. Ketika stok menipis, pedagang tidak bisa menyiapkan jumlah adonan dan stok gorengan seperti biasanya. Dampaknya, antrean pembeli sering tidak terlayani pada jam ramai, sementara pedagang tetap menanggung biaya minyak goreng, gas, dan tenaga kerja. Kondisi ini membuat margin keuntungan mengecil meski penjualan tampak stabil.
Yanto mengaku belum menaikkan harga jual ayam krispi karena khawatir pelanggan beralih ke pilihan lain yang lebih murah. Sebagai strategi bertahan, ia memperkecil ukuran potongan ayam agar harga tetap sama dan pelanggan tidak kaget. Namun strategi ini juga punya batas, karena kualitas porsi bisa memengaruhi kepuasan pelanggan. Pedagang di lapangan menilai kenaikan biaya bahan baku tidak sebanding dengan kemampuan konsumen menanggung kenaikan harga makanan cepat saji di tingkat gerobak.
Dalam situasi seperti ini, Harga Ayam Mahal Tanjungpinang memicu dilema antara menjaga loyalitas pelanggan dan menjaga kelangsungan usaha. Jika pasokan tetap terbatas, pedagang berisiko mengalami kerugian karena produksi tidak bisa mencapai titik impas. Beberapa pedagang mulai mempertimbangkan menghentikan operasional sementara, terutama jika biaya sewa lokasi atau ongkos transportasi ikut naik. Mereka berharap ada stabilisasi pasokan agar produksi bisa kembali normal.
Sejumlah pedagang menilai kenaikan harga dipengaruhi oleh keterbatasan pasokan ayam pedaging, termasuk faktor produksi yang terganggu dan permintaan yang meningkat. Ada pula pedagang yang menyebut kebutuhan program Makan Bergizi Gratis ikut menambah tekanan permintaan di level distribusi. Ketika permintaan naik sementara pasokan belum pulih, harga di pasar cenderung bergerak naik dan pedagang kecil merasakan dampaknya paling cepat. Harga Ayam Mahal Tanjungpinang akhirnya menjadi isu yang terasa sampai ke gerobak makanan di pinggir jalan.
Baca juga : Aksi Maling Motor Batu 7 Gagal Karena Kunci T Nyangkut
Pemerintah kota disebut menyiapkan langkah menjaga daya beli, salah satunya melalui operasi pasar murah untuk membantu warga mendapatkan bahan pokok dengan harga lebih terjangkau. Upaya ini diharapkan ikut meredam lonjakan harga, sekaligus memberi sinyal stabilisasi pasokan ke pasar. Namun pedagang berharap intervensi tidak hanya menyasar konsumen, tetapi juga memperbaiki rantai pasok agar suplai ke pedagang kecil kembali lancar. Mereka menilai distribusi yang lebih merata akan membantu menstabilkan harga harian.
Bagi pedagang ayam krispi, ketersediaan bahan baku adalah kunci bertahan. Jika pasokan kembali normal, mereka dapat mengaktifkan gerobak yang sempat berhenti dan melayani pelanggan seperti biasa. Harga Ayam Mahal Tanjungpinang dinilai perlu ditangani dengan koordinasi lintas pihak, mulai dari produsen, distributor, hingga pengawasan pasar. Tanpa itu, pedagang kecil berisiko terus menekan porsi, mengurangi jam jualan, atau menutup usaha saat biaya tidak lagi tertutupi.







