
Pembukaan Festival Serumpun 2025 di Tanjungpinang menegaskan komitmen pemerintah daerah dan komunitas untuk menghidupkan kembali tradisi bela diri sebagai identitas budaya Melayu. Dalam kerangka itu, Pelestarian Silat Melayu menjadi fokus utama lewat kurasi penampilan lintas aliran, lokakarya teknik, serta temu komunitas yang melibatkan pesilat muda hingga maestro. Penyelenggara menempatkan festival sebagai ruang edukasi publik: mengenalkan nilai adab, sportivitas, dan persaudaraan yang menyertai setiap gerak, bukan sekadar tontonan atraktif.
Di kawasan ikonik yang mudah diakses keluarga, festival juga mengaktifkan ekosistem ekonomi kreatif. UMKM kuliner dan kerajinan mendapat panggung, sementara pelaku seni tradisi berinteraksi langsung dengan penonton. Penjadwalan yang tertata, panggung terbuka, dan pengaturan arus pengunjung diupayakan untuk memberi pengalaman budaya yang nyaman. Dengan pendekatan ini, agenda tahunan Tanjungpinang diarahkan menjadi model pengelolaan event budaya yang berkelanjutan, profesional, dan berdampak nyata bagi generasi muda.
Agenda Inti, Partisipasi, dan Daya Tarik
Program utama menampilkan gelanggang atraksi lintas aliran, dari jurus tradisional hingga koreografi kolosal yang memadukan musik dan narasi sejarah. Sesi klinik teknik menghadirkan pelatih senior guna membimbing pesilat muda memperbaiki postur, langkah, dan etika tanding. Pameran foto dan arsip menuturkan jejak silat sebagai seni bela diri sekaligus praktik pembentukan karakter. Di sisi partisipasi, panitia mendorong keterlibatan komunitas sekolah, sanggar, dan perguruan lintas daerah agar terbentuk jejaring yang solid setelah festival usai.
Kekuatan daya tarik festival bertumpu pada kombinasi tontonan dan pembelajaran. Kurasi memberi ruang setara bagi pesilat pemula dan senior, menciptakan panggung yang inklusif dan inspiratif. Dalam setiap sesi, narator acara mengaitkan teknik dengan filosofi hidup Melayu: sopan, tegas, dan menjaga harmoni. Dengan kemasan tersebut, festival bukan sekadar agenda seremoni, melainkan wahana strategis untuk memperluas dukungan publik terhadap Pelestarian Silat Melayu di tingkat lokal maupun regional.
Baca juga : Mak Yong Warisan Dunia, Ajakan Lestarikan oleh Marzul
Efek langsung terasa pada kebanggaan identitas dan minat generasi muda bergabung ke sanggar. Sekolah dapat memasukkan kelas pengenalan sebagai ekstrakurikuler, sementara perguruan menyiapkan program kaderisasi pelatih. Untuk menjamin kesinambungan, pemerintah daerah dan komunitas dapat menyusun peta jalan pelestarian: pendataan aliran, sertifikasi pelatih, hingga dokumentasi digital gerak dasar dan kisah maestro. Laporan pasca-event yang mengukur jumlah peserta, penonton, serta pembentukan klub baru menjadi dasar evaluasi tahunan.
Dampak ekonomi mengalir ke UMKM, perhotelan, dan transportasi lokal melalui paket wisata budaya. Kemitraan sponsor diarahkan ke program beasiswa atlet dan penguatan sarana latihan. Transparansi anggaran dan pelibatan relawan menjaga kepercayaan publik. Ke depan, integrasi festival dengan kalender pariwisata Kepulauan Riau akan memperluas jangkauan promosi. Bila rekomendasi tersebut dijalankan konsisten, Pelestarian Silat Melayu tak hanya hidup di panggung festival, tetapi mengakar dalam praktik harian komunitas, memperkuat citra Tanjungpinang sebagai simpul budaya Melayu yang dinamis.