
Standar Layanan TPA Tanjungpinang diperkuat lewat program Tamasya; fokus gizi, sanitasi, stimulasi, dan pengasuhan aman lintas sektor. Pemerintah Kota Tanjungpinang memperkenalkan kerangka baru pengasuhan anak usia dini melalui program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak). Intinya, TPA tak lagi dipandang sekadar penitipan, melainkan pusat layanan tumbuh kembang, gizi, dan kesehatan yang mengikuti Standar Layanan TPA secara menyeluruh. Pendekatan ini menekankan keamanan ruang, kebersihan, rasio pengasuh-anak, menu seimbang, hingga permainan stimulatif harian.
Pada tahap awal, sosialisasi dilakukan kepada pengelola TPA, penyuluh KB, dan kader keluarga balita, disertai pelatihan singkat tentang higiene, pencegahan penyakit menular, dan pencatatan pertumbuhan. Pemerintah daerah menegaskan sinergi lintas sektor—dinas kesehatan, pendidikan, serta mitra komunitas—agar mutu layanan seragam di seluruh fasilitas. Target besarnya adalah kepercayaan orang tua meningkat, kualitas pengasuhan naik, dan fondasi SDM kota terbentuk sejak masa emas. Program ini juga menyiapkan kanal pengaduan dan lembar umpan balik bagi orang tua agar kontrol sosial berjalan.
Kronologi, Sasaran, dan Penerapan
Sosialisasi perdana digelar di fasilitas kesehatan kota dengan peserta pengelola/pengasuh TPA, penyuluh KB, dan kader keluarga balita. Materi memuat kurikulum pengasuhan harian, penanganan kedaruratan, teknik cuci tangan, sanitasi alat makan, serta evaluasi menu. Sejalan dengan itu, pemerintah memetakan TPA yang siap uji coba berdasarkan kapasitas ruang, SDM, dan komitmen penerapan protokol. Panduan operasional menuntun pencatatan tinggi–berat badan, log menu, jadwal tidur, serta aktivitas stimulasi.
Pada fase implementasi, pengelola diminta menyusun SOP tertulis, memajang peta evakuasi, menyiapkan area menyusui, dan membuat jadwal disinfeksi. Evaluasi akan dilakukan triwulanan, termasuk kunjungan pendampingan untuk memperbaiki temuan di lapangan. Tautan layanan rujukan—puskesmas, posyandu, dan konselor gizi—diperkuat agar masalah kesehatan segera ditangani. Di sisi komunikasi, orang tua menerima “home card” berisi ringkasan aktivitas harian sehingga kemajuan anak dapat dipantau bersama. Dengan langkah bertahap ini, penerapan Standar Layanan TPA diharapkan konsisten, adil, dan terukur antarfasilitas. Dokumentasi harian sesuai Standar Layanan TPA menjadi dasar audit, perbaikan, dan penghargaan bagi TPA yang patuh.
Baca juga : Investor Tawarkan Teknologi Pengolahan Sampah di Tanjungpinang
Penerapan Standar Layanan TPA menghadirkan tiga manfaat utama. Pertama, keselamatan dan kesehatan meningkat melalui kontrol sanitasi, ventilasi, serta pengawasan bahan pangan. Kedua, perkembangan kognitif–motorik anak terdukung lewat jadwal stimulasi yang terstruktur. Ketiga, kepuasan orang tua naik karena transparansi aktivitas dan gizi harian. Pemerintah menyiapkan indikator: rasio pengasuh–anak, kepatuhan kebersihan, kelengkapan log gizi, kehadiran pelatihan, serta hasil pemantauan tumbuh kembang.
Untuk keberlanjutan, kalender kerja tahunan akan memuat pelatihan berkala, supervisi tematik (gizi, sanitasi, keamanan ruang), dan publikasi daftar TPA yang memenuhi kriteria. Insentif nonfinansial—piagam mutu, prioritas program—mendorong kompetisi sehat antarfasilitas. Orang tua dilibatkan melalui kelas pengasuhan dan kanal pengaduan yang ditindak maksimal 3×24 jam. Di tingkat kota, audit berkala menaikkan kepatuhan terhadap Standar Layanan TPA sekaligus memetakan kebutuhan peningkatan sarana. Pada akhirnya, keberhasilan diukur dari konsistensi layanan, rendahnya kejadian penyakit menular di TPA, dan kepuasan keluarga. Dengan tata kelola yang disiplin dan kolaboratif, Tanjungpinang menargetkan ekosistem pengasuhan formal yang aman, ramah, dan setara bagi semua anak.