
Peringatan Maulid Nabi Tanjungpinang Penyengat 1447 H di Pulau Penyengat menjadi momentum kebersamaan warga Tanjungpinang. Meski hujan, jamaah memadati balai kelurahan untuk bershalawat, mendengar tausyiah, dan mengikuti doa kebangsaan. Wakil Wali Kota Raja Ariza menekankan teladan akhlak Rasulullah—jujur, amanah, tabligh, dan fathanah—sebagai pedoman hidup di ruang keluarga, sekolah, hingga dunia kerja. Pemerintah daerah hadir bersama tokoh ulama, menunjukkan kolaborasi dalam menjaga harmoni sosial serta semangat moderasi beragama yang ramah.
Penyelenggara menuturkan peringatan tahun ini dirancang sederhana namun tertib, dengan dukungan relawan, perangkat kelurahan, dan unsur keamanan. Selain aspek ibadah, kegiatan menonjolkan nilai gotong royong: membersihkan area masjid, mengatur logistik konsumsi, dan memastikan akses lansia. Kegiatan berlangsung di Balai Kelurahan Penyengat dan diikuti unsur Forkopimda, perangkat daerah, serta perwakilan komunitas pemuda dan perempuan. Panitia menerapkan protokol keselamatan sederhana agar arus keluar masuk tertata. Pesan kunci malam itu adalah meneladani akhlak Nabi dalam keseharian, memperkuat silaturahmi, serta mendoakan bangsa agar aman dan makmur.
Rangkaian Acara & Pesan Utama
Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan maulid, salawat, dan doa kebangsaan, dilanjutkan tausyiah yang menekankan akhlak Nabi sebagai fondasi karakter warga. Ulama menyoroti empat sifat utama—sidik, amanah, tabligh, fathanah—seraya mengaitkannya dengan etos kerja, budaya antre, dan kepedulian sosial. Wakil Wali Kota Raja Ariza mengajak jamaah memperbanyak salawat, menjaga lisan di ruang digital, serta mempererat gotong royong lintas komunitas. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan keluarga agar anak terbiasa jujur, berempati, dan menghormati perbedaan. Panitia menampilkan kelompok hadrah remaja, pembacaan qasidah, dan sesi testimoni pelaku usaha mikro yang mengaitkan nilai religius dengan etika berdagang.
Dalam konteks pembangunan kota, pesan moral acara dipadukan dengan komitmen layanan publik: kebersihan lingkungan, literasi keagamaan yang moderat, serta penguatan jejaring relawan bencana. Penyelenggara menyiapkan area ramah lansia dan disabilitas, menyediakan ruang laktasi, dan mengatur parkir berlapis untuk menghindari kemacetan menuju dermaga. Kehadiran tokoh daerah, organisasi kemasyarakatan, dan perwakilan kampus memperluas jangkauan dakwah yang sejuk. Melalui narasi teladan, Maulid Nabi Penyengat dimaknai sebagai pengingat kolektif untuk berbuat baik di level paling dekat—keluarga, tetangga, sekolah—sekaligus mendorong kepedulian pada isu kota seperti kebersihan pesisir dan ketahanan pangan. Penekanan itu membuat Maulid Nabi Penyengat relevan, kontekstual, dan menginspirasi partisipasi warga. Semua rangkaian berlangsung tertib berkat koordinasi lintas instansi dan dukungan masyarakat yang luas.
Baca juga : BKMT Bunga Telur Meriahkan Maulid Tanjungpinang
Pemerintah kota melihat peringatan ini sebagai penguat modal sosial. Nilai kejujuran, empati, dan tanggung jawab diterjemahkan ke program nyata: gerakan sedekah sampah, kelas parenting di masjid, dan pelatihan wirausaha halal bagi ibu rumah tangga serta pemuda. Dinas terkait menyiapkan klinik konsultasi keluarga dan ruang aman remaja untuk mencegah perundungan dan kekerasan. Di sektor pelayanan publik, camat dan lurah didorong mempercepat layanan administrasi berbasis digital agar warga mudah mengurus dokumen. Komunitas pemuda menindaklanjuti kampanye literasi digital untuk menekan hoaks agama dan ujaran kebencian. Sejumlah UMKM diberi akses stan selama acara sebagai inkubasi sederhana, sekaligus memastikan perputaran ekonomi tetap hidup tanpa mengurangi kekhusyukan ibadah.
Ke depan, panitia bersama perangkat daerah menyusun kalender kegiatan tematik selama tiga bulan ke depan: kajian akhlak, bakti sosial pesisir, dan beasiswa santri. Khusus destinasi budaya, jalur heritage di Penyengat akan diperkuat dengan narasi sejarah dan kebersihan area ziarah. Media lokal diajak memproduksi liputan positif agar pesan keteladanan meresap luas. Di setiap rilis, penyelenggara menegaskan Maulid Nabi Penyengat bukan sekadar seremonial, melainkan ajakan terus-menerus untuk merajut persatuan. Kolaborasi pemerintah, ulama, dunia usaha, dan relawan menjadi kunci kesinambungan program. Dengan tolok ukur yang terukur—partisipasi, dampak lingkungan, dan kemandirian komunitas—semangat Maulid Nabi Penyengat diharapkan menjadi energi sosial yang menjaga kerukunan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.