
Insiden bentrok gerak jalan terjadi saat lomba gerak jalan Proklamasi 17 km di Kota Tanjungpinang pada Sabtu (23/8/2025). Dua regu peserta, yakni tim Romusha yang mengenakan atribut kuning dan regu Potong Lembu, terlibat gesekan di depan Kantor PDAM. Kejadian ini sontak menarik perhatian penonton dan sempat memicu ketegangan di sepanjang jalur perlombaan.
Meskipun situasi cukup panas, panitia bersama aparat keamanan berhasil menenangkan kondisi agar lomba tetap berlangsung. Insiden bentrok gerak jalan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan mediasi oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Tanjungpinang di posko KONI Pamedan. Kedua regu dipanggil untuk duduk bersama mencari solusi penyelesaian masalah secara kekeluargaan.
Kepala Dispora, Ruli Friady, menegaskan bahwa penyelesaian damai menjadi pilihan terbaik agar tradisi lomba tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas. Ia menambahkan, langkah tegas juga tetap diambil dengan menjatuhkan sanksi kepada tim yang terbukti melanggar aturan.
Mediasi damai antar peserta lomba
Dalam mediasi, kedua regu yang terlibat bentrok gerak jalan sepakat untuk berdamai dan saling memaafkan. Surat pernyataan damai ditandatangani langsung di hadapan panitia dan aparat, menjadi bukti bahwa insiden tidak berlanjut ke ranah hukum. Keputusan ini diambil demi menjaga nama baik lomba gerak jalan Proklamasi yang telah menjadi agenda tahunan penuh makna sejarah.
Ruli Friady menyebutkan bahwa regu Romusha mendapat sanksi larangan mengikuti seluruh rangkaian lomba tahun ini. Meski begitu, keputusan damai menunjukkan bahwa penyelesaian konflik bisa ditempuh tanpa memperpanjang perselisihan. Selain itu, panitia mengimbau seluruh peserta agar lebih mengutamakan sportivitas ketimbang ambisi untuk meraih juara.
Langkah ini juga diapresiasi masyarakat yang menilai pemerintah daerah bertindak cepat dan bijak. Dengan adanya solusi damai, jalannya acara tetap berlangsung khidmat dan meriah, sesuai tujuan utama untuk memperingati Hari Kemerdekaan
Kasus bentrok gerak jalan ini menjadi pengingat bahwa olahraga tradisional sekalipun tidak lepas dari potensi gesekan. Oleh sebab itu, penting bagi peserta untuk mengutamakan semangat kebersamaan dan menjaga sikap selama kompetisi.
Baca juga : Apresiasi Peserta Luar Daerah di Gerak Jalan Proklamasi
Gerak jalan Proklamasi bukan hanya sekadar lomba ketahanan fisik, tetapi juga wadah membangun solidaritas antarwarga. Kehadiran ribuan peserta setiap tahun mencerminkan betapa kegiatan ini telah mengakar dalam budaya masyarakat Tanjungpinang. Maka, menjaga ketertiban menjadi tanggung jawab bersama.
Ke depan, panitia berkomitmen meningkatkan pengawasan dan memperkuat aturan teknis agar insiden serupa tidak terulang. Dengan demikian, gerak jalan tetap menjadi ajang yang mempersatukan, bukan memecah belah. Peristiwa ini sekaligus menjadi pelajaran berharga tentang arti sportivitas dalam merayakan kemerdekaan.